Kamis, 30 Oktober 2014

Konstruksi Pada Bendung Tradisonal




Konstruksi bendung tradisonal dapat kita temui di berbagai daerah Indonesia dengan berbagai macam tipe bendung, Selain jembatan bambu, kayu, dan rotan yang masuk dalam kategori tradisional, di beberapa daerah di Indonesia juga terdapat bendung tradisional. Jembatan tradisional yaitu jembatan yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat dengan material alam seperti bambu, kayu, dan rotan. Sementara bendung tradisional adalah bendung dengan konstruksi dan cara pemasangan yang sederhana. Bendung ini menggunakan material yang terdapat di alam seperti bambu, kayu, batuan sungai, jerami dll. Di Indonesia, bendung tradisional biasanya digunakan untuk skala kecil. Masyarakat membuat bendung tradisional dengan konstruksi sederhana. Seperti bambu, cerucuk, dan kayu.

Dilihat dari aspek ekologi, bendung tradisional memiliki pengaruh yang besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem serta keberlanjutan lingkungan yang tinggi. Ruang diantara batuan pembentuk bendung, memungkinkan ikan dan fauna lainnya bermigrasi ke hulu, dengan demikian. Adanya ruang dalam tubuh bendung tradisional ini juga menurunkan angka sedimentasi di hulu bendung, karena aliran sedimen akan masuk pada celah-celah dan ruang diantara batu-batuan tersebut. Efektifitas penyadapan air untuk irigasi relatif bagus bila konstruksi bendung stabil untuk jangka waktu yang lama, seperti bendung semi permanen yang memakai konstruksi bronjong atau cerucuk kayu. Sementara bendung sederhana, penyadapan airnya bisa lebih efektif bila lokasi bendung berada pada daerah dengan hitungan hidrograf banjir yang tidak terlalu ekstrem fluktuasinya.


Salah satu contoh bentuk bendung tradisional adalah bendung ”peucang ramay” yang tersusun dari bahan bambu, jerami, dan batuan. Bendung ini ada di masyarkat Jawa Barat bagian selatan yaitu garut.

Bendung tradisional yang dibuat olah masyarakat seperti contoh di atas adalah bagian kearifan tradisional yang ternyata lebih ramah lingkungan. Masyarakat bisa mengambil manfaat dari rekayasa sungai tanpa harus mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan. Ikan-ikan masih bisa hidup dengan terus berkembang ke hulu, dan masyarakat bisa mengairi sawah dari sungai tersebut. Untuk sungai dengan debit air besar dan lalu lintas air padat dapat menggunan bendungan yang terbuat dari konstruksi beton bertulang