Rabu, 12 Februari 2014

Bingkai Baja untuk Gedung Tahan Gempa


Tak hanya aman bagi penghuni, gedung juga lebih tahan terhadap kerusakan

VIVAnews - Peneliti baru-baru ini menemukan sebuah sistem struktur baru untuk bangunan, yang mampu menahan gempa. Struktur ini telah sukses diuji di Jepang, dan mampu bertahan walau di saat gempa yang ekstrem sekalipun.

"Sistem struktur baru ini berpeluang membuat sebuah gedung  menjadi jauh lebih tahan terhadap gempa dan lebih mudah untuk memperbaikinya, sehingga pemulihan gedung tersebut bisa lebih cepat," ujar Greg Deierlein, profesor teknik sipil dan teknik lingkungan dari Stanford University, seperti dikutip dari ScienceDaily.com.

Sistem struktur ini ddesain oleh para peneliti Stanford University dan University of Illinois. Selama pengujian sistem ini terbukti telah berhasil bertahan dalam sebuah simulasi gempa yang lebih besar daripada 7 Skala Richter, lebih besar daripada gempa yang baru saja terjadi di Sumatera Barat 30 September 2009 lalu.

Ia mampu mendisipasi (menyalurkan) energi melalui jalur-jalur bingkai baja yang menempel pada kerangka atau dinding eksterior bangunan. Kolom-kolom baja itu sendiri bisa menjadi bagian yang inheren dari desain bangunan, atau bisa juga dikombinasikan dengan desain bangunan yang sudah ada.

Uniknya, tak seperti struktur gedung konvensional, sistem ini cenderung menghilangkan goyangan, selama terjadi gempa besar. Bingkai baja ini terdiri dari beberapa bagian. antara lain adalah fondasi baja di bagian bawah, 'sekering' baja, serta urat baja yang terdiri dari kawat-kawat baja pilinan.


 Urat baja yang terletak di bagian tengah bingkai baja, didesain untuk bisa berlaku elastis ketika gedung sedang doyong akibat gempa. Namun, ketika guncangan gempa berakhir, urat baja yang terbuat dari baja berkekuatan tinggi itu akan menyesuaikan kepada panjangnya semula, menarik gedung untuk kembali pada posisi awal.

Di bagian bawah bingkai, terdapat sekering baja yang meakan menjaga gedung dari kerusakan. Sekering ini yang berfungsi untuk melenturkan, membuang induksi energi dari gempa, dan memperkecil kerusakan.

Fungsinya hampir sama dengan sekering listrik yang akan meledak dan memutus listrik ketika terjadi terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Sekering ini akan mudah diganti bila mengalami kerusakan.

Baru-baru ini Deierlein dan rekan-rekan mereka melakuka pengujian guncangan terhadap sistem ini di Hyogo Earthquake Engineering Research Center di Miki City, Jepang. Mereka menggunakan model gempa di Kobe Jepang yang berkekuatan 6,9 SR (1995), dan gempa Northbridge yang berkekuatan 6,7 SR (1994).

Gempa Northbridge tercatatsebagai gempa yang paling besar menimbulkan kerugian yakni US$ 40 miliar (sekitar Rp 400 triliun). Sementara gempa Kobe merupakan gempa yang menelan 6000 korban jiwa dan kerugian ekonomi sekitar 3 kali gempa Northbridge.

Hasil pengujian, ternyata bingkai baja tersebut mampu menahan daya rusak gempa. Kerusakan yang terjadi hanya pada bagian sekering baja yang bisa diganti. Padahal, di akhir pengujian, para peneliti meningkatkan kekuatan gempa buatan hingga 1,75 kali lebih besar dari model gempa Northbridge.

"Kebanyakan bangunan tahan gempa yang ada saat ini, mengorbankan bangunan itu sendiri demi menyelamatkan penghuninya," ujar Deierlein. Sehingga walaupun bangunannya tidak rubuh, seringkali bangunan itu musti dihancurkan karena telah mengalami deformasi atau terlalu rusak.

Oleh karenanya sistem struktur gedung baru ini diharapkan akan memberikan keamanan bagi penghuni gedung dan membawa keuntungan ekonomis bagi pemilik gedung.

Sumber : http://teknologi.news.viva.co.id

Jumat, 07 Februari 2014

Hanya 24 Jam, Bangun Rumah dengan Teknologi Konstruksi Ini


Teknologi mesin cetak 3D memungkinkan pembangunan rumah hanya dalam waktu 24 jam.
KOMPAS.com - Proses konstruksi sebuah bangunan, terutama rumah, dalam waktu normal mungkin bisa memakan waktu berbulan-bulan. Namun itu tidak akan terjadi lagi. Berkat inovasi berikut ini, masa penantian lama demi terwujudnya rumah impian, akan segera berakhir.
Adalah sekumpulan peneliti University of Southern California,
berhasil mengembangkan teknologi printer tiga dimensi (3D) raksasa untuk kepentingan membangun hunian dua lantai hanya dalam waktu 24 jam.Teknologi  fabrikasi (pencetakan) lapisan per lapisan (layer) yang disebut sebagai Contour Crafting, diciptakan oleh Behrokh Khoshnevis. Teknologi tersebut menggunakan derek yang dikendalikan komputer untuk membangun rumah dengan cepat dan efisien serta secara substansial mereduksi proses pembangunan manual.

Pada awalnya, teknologi ini dipahami sebagai metode untuk membangun cetakan di sektor industri manufaktur. Namun, Khoshnevis memutuskan mengadaptasi teknologi ini untuk industri perumahan sebagai cara yang cepat, tepat, dan efisien guna membangun kembali hunian setelah hancur diterjang bencana alam, seperti gempa bumi dahsyat yang telah melanda negerinya, Iran, beberapa tahun lalu.

Teknologi ini m
enggunakan pengaturan serba cepat dengan perhitungan presisi, material seperti beton dibentuk menjadi dinding lapis demi lapis hingga kemudian diakhiri pembentukan lantai dan langit-langit yang ditempatkan sesuai modul dengan menggunakan derek (crane). Konsep konstruksi ini memungkinkan penyisipan komponen struktural, pipa, kabel, utilitas, dan bahkan perangkat konsumen seperti sistem audiovisual ke dalam lapisan tersebut.Teknologi robot, memang bukan hal baru, karena selama beberapa dekade telah mampu merevolusi industri mobil, dan digunakan sebagai piranti rumah tangga dalam membersihkan debu atau bahkan untuk menjelajalah planet Mars. Namun, teknologi robot untuk keperluan industri perumahan, belum banyak dikembangkan."Sebuah rumah tunggal atau kompleks perumahan, masing-masing dengan kemungkinan desain yang berbeda, dapat secara otomatis dibangun dengan hanya menanam satu tiang pancang untuk keperluan pembuatan saluran untuk listrik, pipa dan AC," ujar pengembang situs Contour Crafting.

Aplikasi mesin 3D ini tak hanya memudahkan pekerjaan konstruksi, melainkan juga hemat ongkos konstruksi. Terlebih untuk pembangunan rumah-rumah darurat korban bencana.
Hanya, produk 3D ini masih harus diselidiki lebih lanjut. Oleh karena itu, University of Southern California kemudian membentuk sebuah tim peneliti multidisiplin yang relatif besar. Penyelidikan ini dilakukan terhadap kemungkinan penerapan teknologi dalam pembangunan struktur sipil modern, pembangunan struktur di bulan dan Mars, dan seni rupa pada penciptaan patung keramik besar.



Sumber : www.contourcrafting.com

Sumber : http://properti.kompas.com

Rabu, 05 Februari 2014

Mesin Pencetak Ubin



Tiger-Stone adalah sebuah mesin ubin  yang menggunakan gravitasi dan sebuah motor listrik untuk mencetak batu bata dan jalan. Ini adalah mesin yang memiliki lebar enam meter yang mampu meletakkan 300 meter persegi jalan sehari. Lebar pencetakan disesuaikan dari lebar jalan yang sempit seperti jalur sepeda atau jalan. Tidak ada bagian yang bergerak dalam mesin, itu hanya menggunakan rak yang diberi masukkan batu bata dan mereka secara otomatis disortir dan dikemas bersama oleh gravitasi, masing-masing batu akan mengasosiasikannya secara berantai. Ada motor listrik yang menggerakkan mesin di hamparan pasir yang menciptakan hasil yang konsisten dengan ubin hanya pada saat dioperasikan.