Senin, 30 Juni 2014

Bata Ringan Lusicon yang Ramah Lingkungan

Beberapa produk material bahan bangunan pada saat ini yang banyak digunakan dan di kenal masyarakat, diantaranya adalah bata merah, batako dan bata ringan. Produk bata merah  dan bata ringan umumnya digunakan untuk masyarakat menengah atas.
Sedangkan produk batako banyak digunakan untuk bisa di jangkau segala lapisan masyarakat. Walaupun sekarang terdapat material dinding produksi import, namun ketiga produk material dinding diatas tersebut, paling banyak digunakan dalam pembangunan dan pekerjaan konstruksi  di masyarakat.
Sesuai dengan target akhir penelitian, Lusicon diharapkan mampu menjadi alternatif material bangunan rumah untuk dinding bata ringan ramah lingkungan yang berbeda pada segmen menengah keatas, bersama dengan batamerah dan bata ringan. Hal tersebut dikarenakan Lusicon direncanakan untuk memiliki karakteristik dan kinerja yang mampu bersaing pada segmen tersebut.
Hasil penelitian dan pengembangan Lusicon yang di lakukan antara PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dengan ITS Surabaya tersebut pada saat ini menunjukan hasil yang optimal dan sudah mencapai tahapan akhir penelitian.
Perbandingan performa (kuat tekan dan berat volume) antara Lusicon dengan produk bata ringan yaang ada dipasaran telah dilaksanakan dan hasilnya cukup memuaskan. Adapun grafik perbandingan antara Lusicon dengan produk bata ringan komersial yang dilakukan di Laboratorium Beton ITS dapat dilihat sebagai berikut:
Apabila melihat grafik perbandingan tersebut maka dapat dikatakan bahwa performa Lusicon sendiri setara (mampu bersaing) dengan bata ringan yang berkualitas bagus.
Saat ini banyak masyarakat yang masih memilih material dinding untuk rumah menggunakan bata merah.  Kebanyakan dari masyarakat tersebut menganggap bahwa performa bata merah lebih baik dari bata ringan, yaitu lebih dingin dan awet.
Dengan keadaan yang demikian maka Lusicon mampu melakukan penetrasi pasar material dinding sebagai alternatif utama pengganti produk bata merah, karena secara fisik Lusicon warna kecoklatan yang menyerupai bata merah. Hal tersebut terjadi karena sekitar 80% Lusicon adalah Lumpur Sidoarjo yang dibakar.
Apabila mellihat dari sistem pemasangannya maka bata ringan dan Lusicon dapat lebih cepat dari pada bata merah. Dengan pemasangan yang lebih cepat maka akan sangat mempengaruhi efisiensi biaya. Untuk lebih detailnya, berikut kami sampaikan tabel perbandingan antara bata merah, bata ringan dan Lusicon.

Sabtu, 28 Juni 2014

Bambu, Kuatnya Setara Besi dan Beton!

SERANG, KOMPAS.com - Masih banyak masyarakat menyangsikan kemampuan bambu sebagai material yang baik untuk konstruksi. Padahal tanaman ini memiliki kemampuan setara besi dan beton (Baca: Memungkinkan, Bambu Alternatif Pengganti Tulangan Baja!).

"Mengapa kita tidak memanfaatkannya untuk membangun konstruksi jembatan, ‎rumah, pagar dan lain sebagainya, padahal Indonesia kaya akan bambu," kata pendiri Banten Creative Community, Mukoddas Syuhada, dalam siaran pers Wisata Edukasi Bambu, Senin (16/6/2014).

Wisata edukasi Bambu, lanjut Mukoddas, meliputi workshop dan pelatihan, dan penanaman pohon. Hadir pada kegiatan ini antara lain mahasiswa asing asal Perancis, Vietnam, Jerman, Pakistan, Meksiko, serta Thailand‎ untuk belajar mengenai bambu.

Sebagai bukti bambu memiliki kekuatan setara besi, Mukoddas memperlihatkan, dua unit sepeda terbuat dari bambu yang ternyata aman, nyaman, dan menyenangkan untuk dikendarai meskipun harus melalu jalur ekstrim. Melalui wadah komunitas ini, masyarakat wajib memberi pendidikan tentang pentingnya memanfaatkan kearifan lokal di suatu daerah, yakni bambu agar dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat‎.

"Seperti jembatan gantung di Lebak yang menggunakan kerangka besi, mengapa tidak menggunakan bambu yang banyak terdapat di daerah tersebut. Beberapa negara Eropa saat ini justru menggunakan bambu sebagai kerangka jembatan, bahkan mampu dilewati kendaraan roda empat," ujar Mukoddas.

Dia menambahkan, bambu yang direndam secara alami justru semakin kuat bahkan tidak bisa dipotong dengan gergaji biasanya sehingga seharusnya dapat dipergunakan untuk konstruksi jembatan. Sayangnya, kendati bambu di Indonesia berlimpah, pemanfaatannya justru jauh tertinggal dibandingkan sejumlah negara yang tidak memiliki banyak bambu.

"Hal ini karena masih ada anggapan bambu sebagai simbol kemiskinan. Misalnya, rumah yang menggunakan bilik anyaman bambu dianggap semi permanen," kata Mukoddas.

Mukoddas mengatakan, Indonesia memiliki 12 persen koleksi bambu dunia. Dengan demikian, bambu dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari sektor konstruksi, mulai jembatan penyeberangan orang, gerbang tol, atau hunian. Bahkan, hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum di Bandung menunjukkan bahwa bambu dapat berfungsi sebagai tulang beton sehingga lebih terjangkau.

Ramah lingkungan

Kepala Pusat Litbang Permukiman, Balitbang, Kementerian PU Anita Firmanti, kepada Kompas.com di Bandung, Selasa (9/4/2013), pernah mengatakan bahwa seharusnya penduduk di wilayah rentan gempa mencari bahan yang agak ringan. Misalnya di Jepang, 60 sampai 70 persen rumah satu lantai itu menggunakan kayu yang sebagiannya berasal dari Indonesia.

"Kita sendiri malah merasa, rumah kayu itu temporary, kurang bagus. Padahal kendalanya psikologis, dan itu ada di masyarakat," kata Anita.

Selain itu, Anita juga menemukan kecenderungan lain bahwa orang Indonesia silau dengan apa yang dibawa orang lain. Misalnya, orang Barat mengembangkan kawasan wisata. Tak sedikit masyarakat terkagum-kagum melihat orang asing membangun di Bali.

"Mereka melihat bagusnya konstruksi bangunan dari bambu, kemudian mereka kirim ke Amerika. Setelah itu, baru orang Indonesia kaya yang ingin ikut. Padahal, kami ini di Puskim terus berusaha menekan biayanya supaya bisa terjangkau oleh masyarakat. Nah, ini tantangan lagi, bahwa secara sosial kita juga memang harus didik masyarakat," ucap Anita.

Sementara itu, menurut Mukoddas, penggunaan bambu dalam konstruksi sangat ramah lingkungan karena berasal dari alam dibandingkan menggunakan bahan logam, besi, kawat, fiber, atau bahkan plastik yang sering dipergunakan pada bahan bangunan.

Dia mengatakan, komunitasnya saat ini mulai memproduksi sepeda bambu dalam arti frame (kerangka) sepeda terbuat dari bambu, sedangkan lainnya tetap menggunakan komponen sepeda. Bahkan, untuk frame bambu tersebut ia berani memberikan jaminan kuat. Dalam waktu dekat, lanjut dia, hasil karyanya dari bambu itu akan dipresentasikan di Norwegia dalam waktu dekat.

"Bambu ini tanaman yang mengikat air, daunnya rimbun dapat menahan air hujan sedangkan akar dan batangnya dapat menyimpan air, sehingga halaman rumah yang memiliki bambu biasanya sumurnya tidak pernah kesulitan air," ujarnya.

Dengan demikian, lanjut Mukoddas, bambu dapat dipergunakan untuk menghindarkan erosi di bantaran sungai. Dibandingkan harus menggunakan beton, bambu dapat menjadi terucuk alami karena akarnya akan menghujam ke dalam tanah.

Mukoddas mengatakan, visinya hingga 2025 adalah masyarakat semakin bangga akan bambu Indonesia, yakni dengan memiliki 32.000 hektar tanaman bambu yang dapat dimanfaatkan sebagai sandang, pangan, dan papan. Jepang, kata Mukoddas, saat ini telah memiliki produk kain menggunakan serat bambu yang ternyata jauh lebih kuat dibandingkan bahan katun serta lebih nyaman dipergunakan.

"Selain mudah dipelihara dan gampang tumbuh, bambu juga menghasilkan oksigen 35 persen lebih besar dibanding tanaman lain, dan menyerap karbondioksida lebih ‎banyak, serta mampu menyerap bau," ujarnya.

Sumber : http://properti.kompas.com

Rabu, 25 Juni 2014

Beton Eskpos, Material Ramah Lingkungan?

Ilustrasi lantai beton
KOMPAS.com - Tren terkini yang terjadi pada rumah-rumah tangga adalah penggunaan lantai beton ekspos. Tidak hanya karena lantai beton relatif kuat dan bisa tampil serasi dengan berbagai gaya dekorasi, juga menghemat pengeluaran.

Namun, sebagai pemilik rumah yang bijak, seharusnya Anda tidak pasrah begitu saja mengenai material di dalam rumah. Melanie Loftus, kontributor Houzz memberikan tiga pertanyaan yang bisa Anda ajukan pada kontraktor untuk memastikan beton ekspos jadi pilihan sehat bagi Anda dan lingkungan.
Pertanyaan pertama yang bisa Anda ajukan adalah, apa isi dalam campuran beton? Kontraktor akan mempertimbangkan kekuatan serta performa beton. Salah satu bahan campuran yang kini ramai dibahas adalah penggunaan abu terbang (fly ash) dari batu bara.
"Ada beberapa perdebatan mengenai keramahan lingkungan dari abu terbang batu bara. Abu terbang adalah produk sampingan dari pembakaran batu bara dan mengandung logam berat, seperti timbal dan merkuri. Namun, ketika abu terbang ditambahkan dalam campuran beton, unsur tersebut memiliki beberapa keuntugan, termasuk meningkatkan konten daur ulang dan mengurangi jumlah semen Portland yang dibutuhkan dalam campuran," ujar Loftus.
Pertanyaan kedua yang bisa Anda ajukan adalah seputar penyegel (sealant) atau pewarnanya. Setelah Anda puas dengan campuran di dalam beton, kini Anda perlu memberikan perhatian lebih pada pelapis anti airnya.
"Saya menyarankan Anda untuk memilih pelapis dan pewarna yang rendah VOC (volatile organic compounds), dan menghindari pelapis film dan lilin agar tidak perlu kembali melapisinya secara berkala," imbuhnya.
Selanjutnya, ajukan pertanyaan lain, yaitu cara membersihkan dan merawat lantai beton. Lantai beton tidak bertahan lama jika finishing-nya tidak kuat atau rusak ketika dibersihkan. Lantai beton sebenarnya bisa bertahan selama umur bangunan jika dirawat dengan tepat. Lantai jenis ini, menurut Loftus, juga mengurangi debu dan rendahnya kelembaban yang bisa mengumpulkan alergen.

Sumber :  http://properti.kompas.com

Senin, 23 Juni 2014

Teknologi 3D Bisa Cetak Struktur Konstruksi...


KOMPAS.com - Sebuah tim yang dipimpin Arup telah mengembangkan metode untuk mendesain dan mencetak secara tiga dimensi sendi besi untuk keperluan konstruksi. Sendi semacam ini, bisa menekan waktu dan biaya konstruksi dalam membuat simpul kompleks struktur tarik.
Penelitian ini diperkirakan mampu memberikan arah baru bagi penggunaan teknologi cetak tiga dimensi. Pasalnya, hasil penelitian mereka bisa digunakan dalam bidang konstruksi. Selain mampu mencetak komponen dengan bentuk yang elegan, inovasi ini pun bisa menekan biaya dan mengurangi limbah serta jejak karbon di bidang konstruksi.

"Dengan menggunakan manufaktur aditif, kita bisa menciptakan banyak komponen kompleks secara individual dengan jauh lebih efisien. Ini memiliki implikasi yang besar untuk mengurangi biaya dan mengurangi limbah. Namun, yang paling penting, pendekatan ini berpotensi menghasilkan desain sangat canggih tanpa perlu menyederhanakan desain dalam tahap selanjutnya untuk menekan biaya," ujar ketua tim Arup, Salomé Galjaard.

Memang, sejauh ini, metode manufaktur tradisional masih lebih murah. Namun, Arup sudah memprediksi bahwa hal tersebut akan berubah sebentar lagi. Arup pun tidak sendiri. Berbagai pihak sudah turut serta mengembangkan teknologi ini. Mereka adalah perusahaan pembuat piranti lunak desain teknik dan konsultan WithinLab, rekananan Manufaktur Aditif CRDM/3D Systems, dan EOS.

Sumber : http://properti.kompas.com

Jumat, 20 Juni 2014

Rumah Bambu dan Keuntungannya

Memilih desain rumah bambu sebagai pilihan tempat tinggal? Tak perlu minder. Tahukah Anda bahwasannya rumah bambu merupakan sebaik-baik rumah tempat tinggal yang diisyaratkan oleh Allah swt. Dalam sebuah hadist, Siti Khadijah dijanjikan oleh Allah swt untuk dibangunkan rumah bambu di surga nanti. Padahal pada zaman Rasulullah di arab dahulu, belum ada sama sekali tanaman bambu, terlebih desain rumah bambu.
Ini merupakan hal menarik yang patut dicermati. Ada apa sebetulnya dengan desain rumah bambu sehingga Allah mengatakan rumah bambu merupakan bangunan yang dijanjikan di syurga. Jika kita perhatikan, ada beberapa macam alasan dan keuntungan yang membuat kita harus meyakini bahwa desain rumah bambu ternyata desain rumah terbaik untuk kediaman manusia.
  1. Desain rumah bambu memiliki nilai estetika yang cukup tinggi. Lihatlah bangunan-bangunan gazebo yang dibangun secara alami ditempat-tempat wisata, mushala serta tempat-tempat persinggahan yang cukup nyaman untuk dikunjungi. Bahkan bangunan rumah tinggal pun yangb terbuat dari bambu bisa dirancang lebih estetis dan natural menawan.
  2. Desain rumah bambu termasuk pada desain rumah tahan gempa sebab anyaman bambu tak akan mudah roboh sebagaimana bangunan batu. Jika pun Anda kejatuhan dinding bambu, akibatnya tentu tidak akan seburuk jika Anda tertimpa batu-batu rumah gedung.
  3. Rumah bambu lebih nyaman, dingin dan tak memerlukan perawatan yang mahal. Rumah bambun tak membutuhkan AC karena kesejukan alami akan datang menyusup ke sela-sela dinding rumah.
  4. Desain rumah bambu dengan pengelolaan ketahanan yang benar, dapat bertahan selama 20 tahun.
  5. Desain rumah bambu menjaga pemiliknya dari rasa sombong dan angkuh dari kekayaan rumah, namun juga tak perlu membuat minder para pemiliknya, karena dengan pola desain rumah bambu yang unik dan kreatif, bisa jadi rumah bambu menjadi perhatian setiap orang.
Bambu merupakan salah satu tanaman lingkungan yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan alam. Dengan banyaknya bambu yang ditanam, tentu saja akan menjaga keselamatan lingkungan, selamat merencanakan dan mendesain rumah bambu idaman yang unik menarik  dan indah.

 Sumber : http://www.ilmusipil.com

Rabu, 18 Juni 2014

Belanda Akan Membangun Apartemen Terapung Pertama di Dunia

KOMPAS.com - Perubahan iklim dan meningkatnya permukaan laut bisa memaksa masyarakat untuk serius mempertimbangkan pendekatan dan kreativitas baru dalam membangun properti. Di Belanda, contohnya, Koen Olthuis dan perusahaan arsitekturnya, Waterstudio, mengkhususkan diri dalam mengembangkan proyek-proyek yang bisa dibangun di atas air. Mengingat fakta bahwa sekitar 90 persen dari kota-kota terbesar di dunia terletak di tepi pantai, kita telah tiba pada situasi "terpaksa" untuk memikirkan kembali cara kita hidup dengan air dalam lingkungan binaan. Visi mereka adalah bahwa proyek-proyek mengambang skala besar di lingkungan perkotaan memberikan solusi nyata untuk segala permasalahan yang bersifat fleksibel maupun berkelanjutan.
Salah satu proyek pertamanya adalah The Citadel. Ini merupakan kompleks apartemen mengambang pertama di dunia. The Citadel direncanakan sebagai bagian dari pengembangan "New Water" di Naaldwijk di Belanda. Terdiri atas 60 unit apartemen yang dirancang mengapung di atas air. Rancangan istimewa tersebut didedikasikan untuk pengembang ONW/BNG GO. Teknik penanaman beton mengambang dalam air akan dilakukan juga sekaligus sebagai tempat parkir mobil. Secara teknis, apartemen akan dibangun dengan memanfaatkan 180 elemen modular, yang akan terhubung pada dermaga kering sementara elemen-elemen tersebut akan basah (kebanjiran) ketika pembangunan apartemen selesai.



Blok apartemen yang terdiri atas lantai berbentuk tidak teratur bertumpuk satu sama lain di satu sudut. Masing-masing memiliki denah sendiri dan dilengkapi dengan ruang luar dengan pemandangan laut lepas.
The Citadel akan mengambang di atas air dengan kedalaman 6 meter. Kompleks ini akan terhubung ke daratan oleh jembatan terapung.Waterstudio berharap dapat memulai pembangunan kompleks awal tahun depan.


Sumber :  http://properti.kompas.com

Minggu, 15 Juni 2014

Bambu Alternatif Pengganti Tulangan Baja!

FCL, bersama rekanan peneliti dari REHAU Jerman, Dr. Dragan Griebel, menemukan bahwa dari 54 negara di Benua Afrika, hanya dua yang mampu memproduksi baja. Sementara itu, 52 negara lainnya harus berkompetisi dalam pasar dunia untuk memperoleh baja.

Memang, meskipun berbiaya tinggi dan sulit diperoleh, negara-negara tersebut tetap berjibaku mencari baja untuk membangunan lantaran baja seolah tidak tergantikan. Ternyata, hasil penelitial FCL berkata lain.

"Namun, baja bukannya tidak bisa digantikan. Ada material alternatif lain yang tumbuh di zona tropis planet kita, sebuah area yang secara kebetulan dekat dengan negara berkembang, yaitu bambu," ujar keterangan FCL dalam situs resminya.
Bambu tidak hanya mudah ditemukan dan jumlahnya masih banyak tersedia. Bambu juga sangat tangguh. Karena itu, bambu punya potensi sebagai pengganti ideal di lokasi-lokasi yang tidak mampu memproduksi baja. Di antara material potensial lain, misalnya kayu, bambu cenderung lebih unggul.

Berbeda dari kayu, bambu lebih tipis dan kopong. Bambu yang fleksibel bisa bergerak mengikuti tiupan angin. Karena itu, bambu lebih unggul dari kayu.

Sayangnya, sejauh ini bambu belum bisa begitu saja digunakan sebagai tulangan dalam beton. Masih ada proses penelitian dan pengembangan yang harus kembali dilakukan.

Kontraksi dan ekspansi bambu, misalnya, membuat bambu belum bisa digunakan. Kedua hal ini terjadi karena perubahan temeratir dan penyerapan air. Sejauh ini, satu tim yang berisi peneliti muda dalam FCL masih bekerja untuk mengeksplorasi potensi bambu.

Sumber : http://properti.kompas.com

Kamis, 12 Juni 2014

8 Material Bangunan Masa Depan

Inovasi dalam bahan bangunan telah melahirkan banyak kreasi sintetis yang lebih kuat, lebih ringan dan lebih ramah lingkungan dibandingkan material yang biasa kita gunakan, kedepan arsitektur mungkin tidak lagi terlihat sama seperti kondisi saat ini.

1. Batu Bata Dari Darah Hewan.
Berlimpah dan hampir selalu terbuang, itulah darah hewan. Ternyata bisa menjadi bahan dasar untuk membuat batu bata. Seorang Arsitek lulusan University of Westminster di London bernama Jack Munro telah melakukan percobaan dengan mensterilkan darah, menambahkan pasir kemudian dipanggang bersamaan sampai menghasilkan batubata yang kuat dan juga tahan air.





 2. Beton tembus pandang
Bata ini merupakan kombinasi serat optik dan beton halus, diproduksi berbentuk balok dan digunakan sebagai bahan dinding. Uniknya, dinding tersebut terlihat seperti kaca tembus pandang. Karena produk ini merupakan buatan tangan maka setiap balok akan menghasilkan pola cahaya berbeda.








 3. Dinding Terbuat Dari Bakteri
Dinding rumah di masa depan terbuat dari bakteri?. Yups, para ilmuwan saat ini tengah mengambangkan bioplastik, selulosa dan bahan lainnya dengan cara memberi makan jenis bakteri tertentu. Hasil proses metabolisme bakteri tersebut akan menghasilkan bentuk padat yang dapat digunakan untuk segala macam fungsi lanjutan. Batu bata yang berasal dari bakteri sangat mungkin digunakan dalam kegiatan pembangunan di Mars seperti yang sedang dirancang oleh NASA.


4. Beton Tahan 16.000 Tahun
Universitas MIT sedang mengambangkan beton yang dapat bertahan selama 16.000 tahun. Tujuannya mengurangi gas emisi secara drastis akibat produksi semn dan beton oleh pabrik. Beton ini tidak hanya lebih kuat, tetapi juga lebih ringan dan tipis, sehingga ntuk bangunan skala besar, struktur yang ringan akan membutuhkan material jauh lebih sedikit.




5. Bio Komposit Dari Tanaman Ganja
 Bio-komposit jenis baru, yaitu dinding penahan panas yang terbuat dari daun ganja, jeruk nipis dan air. Tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga non karbon berkat jumlah CO2 yang tersimpan selama proses pertumbuhan ganja hingga dipanen. Material ini 100% dapat didaur ulang, tahan air dan tahan api. Dapat digunakan mulai dari dinding, insulin hingga lantai. Jika material dibongkar, hasil bongkarannya bisa dijadikan pupuk.












6. Beton Bisa Bengkok
Jenis beton baru, tidak hanya dapat ditekuk dengan tekanan di bawah 5%, tapi juga dapat ‘menyembuhan diri’. Saat bengkok, beton membentuk retakan-retakan halus, kemudian tertutup kembali jika terkena air atau karbon dioksida.





7. Granit Cair
Aman pada suhu tinggi ketimbang beton, ‘granit cair’ terbuat dari 30-70% bahan daur ulang dan menggunakan semen kurang dari sepertiga seperti pada beton pracetak. Material ini bisa digunakan untuk proyek-proyek yang membutuhkan tingkat perlindungan terhadap bahaya kebakaran yang tinggi.







8. Kaca Kinetik
Sebuah material baru yang disebut ‘living glass’ yang berfungsi membantu pernafasan manusia dalam ruangan. Dengan disain seperti insang, benda ini secara otomatis dapat terbuka dan tertutup saat merespon kadar CO2 di udara.








Sumber : http://arsiteknews.com

Senin, 09 Juni 2014

Kertas Daur Ulang, Pembentuk Bangunan Permanen!

KOMPAS.com - Arsitek pemenang Pritzker Prize asal Jepang, Shigeru Ban, membuat konstruksi permanen pertamanya di Eropa dengan menggunakan material unik. Konstruksi permanen ini  dibuat dengan menggunakan kertas. 


Tentu, kertas hanya salah satu material. Ban juga menggunakan material lain, seperti aluminium dan kaca.
 Ban bersama 24 mahasiswa internasional membangun konstruksi tersebut di pusat taman buah Domaine de Boisbuchet, Perancis. Dengan tangan, para mahasiswa ini menyatukan tabung-tabung dari kertas daur ulang hingga membentuk konstruksi yang memiliki bentuk mirip tenda raksasa.
Rangka dari tabung-tabung kertas dilapisi kembali dengan menggunakan aluminium dan kaca. Tujuannya sederhana, agar konstruksi ini bisa digunakan sepanjang tahun. Struktur ini pun menggunakan terpal tembus pandang. Ban pernah menggunakan material serupa untuk kantor sementaranya di bagian atap Centre du Pompidou, Perancis.


Penggunaan kertas sebagai material bangunan bukan hal baru bagi Ban. Menurut Ban, penggunaan tabung-tabung hasil daur ulang kertas bisa sekuat beton, selama digunakan oleh orang yang tepat. Dia pun sudah membuat cukup banyak bangunan dari kertas sejak tahun 1989 hingga saat ini.
Domaine de Boisbuchet berada di area barat daya Perancis, antara Poitou-Charentes dan Limousin. Sejak 20 tahun lalu, Boisbuchet sudah menjadi lokasi bagi eksperimen kreatif para seniman dan arsitek berkat inisiasi Alexander von Vegesack. Von Vegesack merupakan pendiri Vitra Design Museum.
Kemudian, selama 16 tahun belakangan ini, selama empat bulan setiap musim panas, Domaine de Boisbuchet menjadi lokasi akademi musim panas internasional. Penyelenggara akademi musim panas tersebut, CIRECA, bekerja sama dengan Vitra Design Museum dan Centre du George Pompidou.

Sumber : http://properti.kompas.com

Jumat, 06 Juni 2014

Terobosan Baru, Rumah dari Gabus dan Penghubung Rel!

Rumah yang berada di sebuah bukit, di timur Torres Vedras, Lisbon, Portugal berikut ini memanfaatkan keadaan alam untuk menekan penggunaan energi. Rumah yang dibuat oleh Atelier Data tersebut dikenal juga dengan nama Varatojo House.




















KOMPAS.com - Hunian mewah identik dengan material mahal dan lokasi premium di pusat kota. Berbeda dari definisi hunian mewah pada umumnya, hunian yang ada di Lisbon, Portugal, berikut ini menggunakan material hasil daur ulang.

Atelier Data yang mendesain rumah tersebut secara khusus memilih gabus dan penghubung rel tidak terpakai untuk membangunnya.
Inhabitat menggarisbawahi fakta bahwa Portugal merupakan penghasil 50 persen gabus di seluruh dunia. Hal ini membuat pilihan Atelier Data menggunakan gabus menjadi menarik. Selain mudah ditemukan, gabus juga dikenal sebagai material terbarukan yang ramah lingkungan.  
Rumah tersebut dikenal juga dengan nama Varatojo House. Lokasinya yang berada di atas bukit memaksa Atelier Data membuat dinding kayu dari penghubung rel untuk melindungi rumah dari terpaan angin. Dinding kayu ini tidak hanya berdiri di sekeliling rumah, namun juga menjadi bagian dari rumah seperti gorden. Kayu hasil daur ulang tersebut membuat fasad rumah semakin menarik, selain tampilan beton dan pelapis berwarna oranye, corak kayu menjadi daya tarik tersendiri.
"Mendaur ulang material seperti dinding kayu dari penghubung rel mengenalkan eksperimen dan inovasi dari cara penggunaan material pada umumnya," ujar Atelier Data.
Tidak hanya kayu, sekeliling rumah pun dipenuhi dengan tanaman yang mudah ditemui di Portugal, seperti Etruscan honeysuckle, mawar, dan pohon-pohon ek. Perpaduan bahan-bahan daur ulang dan tanaman di sekelilingnya pun membuat Varatojo House tampak menyatu dengan alam.

Interior penuh bahan daur ulang
 Hubungan antara rumah ini dengan alam di sekelilingnya juga semakin kuat dengan menggunaan layar gabus untuk memisahkan bagian pintu masuk dengan ruang keluarga berkonsep terbuka. Kayu-kayu daur ulang yang digunakan di luar rumah untuk menghalau angin pun digunakan kembali sebagai tangga di dalam rumah.

Selain itu, rumah ini pun memiliki jendela-jendela berukuran besar yang bisa memaksimalkan jumlah sinar matahari di dalam rumah. Tidak hanya di ruang keluarga dan ruang makan yang berkonsep terbuka, jendela berukuran besar pun diletakkan di kamar mandi dan area kolam renang.
Memanfaatkan alam
 Rumah ini tampak minimalis, modern, mewah, namun di saat yang sama juga ramah lingkungan. Atelier Data memanfaatkan "hukum alam" untuk membuat desain rumah tersebut. Sebagai contoh, Atelier Data memusatkan ruang dan pusat kegiatan di rumah ini pada bagian selatan. Hal ini melindungi penghuni rumah dari terpaan angin yang kuat dari utara.

Selasa, 03 Juni 2014

Video Pembuatan Jembatan Oakland Bay – San Francisco

Teknik Paling Kompleks Dalam Sejarah Proyek di California

ArsitekNews – Jembatan Oakland Bay – San Francisco yang baru , dibangun dengan biaya sebesar $ 7 miliar , memiliki dua jalur. Jalur pertama antara Oakland dan Yerba Buena Island dan jalur kedua dari pulau ke San Francisco. Jembatan baru ini menjadi elemen penting jaringan transportasi wilayah San Francisco Bay , salah satu kota metropolitan terbesar di Amerika Serikat.
Bay Bridge tua dibangun di era depresi ekonomi Amerika pada tahun 1936 , beroperasi hanya enam bulan sebelum Jembatan Golden Gate . Itu adalah jembatan paling mahal masa itu dengan menelan biaya $ 78 juta.
The ” Bay Bridge “, merupakan sebutan penduduk setempat untuk jembatan baru itu, dibangun dengan sejumlah inovasi, seperti sistem sinyal untuk mengatur lalu lintas di jembatan. Jembatan harus di ” klem ” hampir 91.5 meter ke dasar batuan untuk mendukung beberapa Lift yang berat dan shock absorbers yang berfungsi untuk melindungi struktur jembatan selama gempa bumi.
 Berikut ini adalah EarthCam selang waktu yang meliputi 42.000 jam konstruksi.

Minggu, 01 Juni 2014

Bata Daur Ulang Yang Dapat Menghemat Air

Bata ini mungkin terlihat seperti bata merah biasa. Tapi, disisi lain terjadi pergeseran desain yang nyata. Selain ramah lingkungan, bata ini juga terlihat ekspresif tidak seperti batu bata yang kita kenal.
Bata ini dirancang oleh Jin-young Yoon, dibuat dari plastik daur ulang dan daun yang membusuk, batu bata ini lebih ‘green’. Bukan saja sekedar material komposit, lebih dari itu, alur yang dibuat pada batu bata dirancang untuk menyalurkan air yang dapat dimanfaatkan untuk berkebun atau bahkan tersimpan dibawah tanah dalam jangka panjang.

Dalam dunia di mana air bisa menjadi sumber daya yang langka, maka tak salah jika kita mulai berpikir tentang perubahan bahan bangunan utama seperti batu bata untuk dinding ini, dan melihat bagaimana material tersebut dapat mengakomodasi kebutuhan terhadap material alternative untuk rumah yang terus tumbuh yang dapat selaras dengan kebutuhan mempertahankan sumber daya alam yang paling penting, yaitu air.

Sumber : http://arsiteknews.com