Selasa, 24 Januari 2017

Jalan Layang Antapani Bandung

Dokumentasi Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Jembatan Layang Antapani yang dibangun 10 Juni 2016 siap beroperasi dalam waktu dekat.


BANDUNG, KompasProperti — Pembangunan jalan layang (overpass) Antapani bertujuan untuk mengatasi kemacetan yang setiap hari terjadi di persimpangan Jalan Antapani dan Jalan Terusan Jakarta, apalagi pada jam sibuk pagi dan sore hari serta akhir pekan.

Jalan layang Antapani merupakan proyek percontohan teknologi corrugated mortarbusa pusjatan (CMP) yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia.

Baja struktur yang digunakan berbentuk corrugated atau armco dengan tiga jumlah bentang. Panjang untuk bentang tengah adalah 22 meter dengan tinggi ruang bebas vertikal 5,1 meter dan lebar bentang lainnya (u-turn) adalah 9 meter.

CMP adalah teknologi yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Balitbang Kementerian PUPR.
Teknologi ini merupakan pengembangan teknologi timbunan ringan mortar busa dengan struktur baja bergelombang.

Kelebihan CMP adalah masa konstruksi yang lebih cepat 50 persen. Jika dibandingkan untuk konstruksi beton umumnya memakan waktu 12 bulan, CMP hanya memerlukan enam bulan.

Kelebihan lainnya adalah bentangan konstruksi jembatan yang panjang dengan lengkungan jembatan dapat mencapai 36 meter sehingga mampu mengakomodasi hingga delapan lajur kendaraan di bawah jembatan.

Pelaksanaan konstruksi CMP juga tidak mengharuskan penutupan jalur kendaraan sehingga memberikan dampak yang sangat kecil terhadap kemacetan di sekitar lokasi konstruksi.

CMP memiliki nilai estetis sehingga dapat menjadi suatu lanskap dan bahkan bisa menjadi landmark suatu kawasan.

Jembatan Layang Antapani telah mencapai progres konstruksi sebesar 70 persen.
Konsumsi bahan alam dalam konstruksi CMP jauh lebih rendah dibandingkan konstruksi dengan teknologi beton sehingga ramah lingkungan.

Teknologi mortar busa ini digunakan sebagai pengganti timbunan tanah atau sub-base yang biasanya dipakai tanpa memerlukan lahan yang lebar karena dapat dibangun tegak dan tidak memerlukan dinding penahan serta tidak perlu alat pemadat karena dapat memadat dengan sendirinya.

Penggunaan baja bergelombang, selain mempercepat waktu pelaksanaan jembatan layang, juga lebih efisien secara pembiayaan.

Biasanya, untuk membuat satu jembatan dengan beton bertulang, dibutuhkan biaya sekitar Rp 120 miliar.
Namun, untuk pembuatan jembatan layang dengan struktur baja bergelombang dan timbunan ringan mortar busa, hanya dibutuhkan anggaran Rp 35 miliar.

Pembangunan jalan layang Antapani merupakan proyek kerja sama antara Pusjatan Kementerian PUPR, Pemerintah Kota Bandung, dan Pemerintah Korea.

Dari anggaran Rp 35 miliar yang dibutuhkan untuk pembangunan jalan layang Antapani, komposisi pembiayaan terdiri Rp 22 miliar berasal dari Pusjatan Kementerian PUPR, Rp 10 miliar dari Pemerintah Kota Bandung, dan Rp 3 miliar dari Pemerintah Korea Selatan dalam bentuk komponen material.

Senin, 16 Januari 2017

Paving Blok dari sampah plastik



Planet Merdeka - Limbah sampah plastik merupakan salah satu limbah yang menjadi momok karena tidak bisa didaur ulang dan mencemari lingkungan.  Namun limbah sampah plastik tersebut sangat berharga bagi seorang pria dari Purbalingga Jawa Tengah ini.

Dengan ide nya yang sangat kreatif, Karsin warga Desa Jetis, Kemangkon, Purbalingga, Jawa tengah ini dapat memanfaatkannya menjadi hal yang sangat berguna dan bermanfaat.

Ide dan kreatifitas yang dimiliki Karsin ini patut diacungi jempol. Ia telah berhasil melakukan sebuah penemuan baru dengan membuat paving block yang terbuat dari limbah plastik. Pengembangan ide dan kreatifitas ini Ia lakukan, saat bangkit dari keterpurukan akibat tertimpa musibah tahun 2003 silam saat kehilangan pekerjaan dan kecelakaan.

Dengan kondisi fisik yang kurang sempurna karena musibah kecelakaan yang menimpa dirinya, Ia menemukan terobosan baru.

Dalam kondisi menganggur, Karsin menyibukkan diri dengan memunguti sampah plastik di tempat tinggalnya.

Ia pun iseng memanaskan limbah sampah plastik itu dengan wajan yang biasa dipakai untuk memasak. Sang istri yang melihat perilaku anehnya sontak geram, terlebih wajannya sampai jebol karena dipakai memanaskan plastik.

“Saya sempat dianggap gemblung (gila) oleh istri saya. Itu uji coba pertama saya, ternyata kalau dimasak, plastik bisa menghitam dan mengeras. Saya lalu berpikir untuk mencetak plastik yang telah dimasak itu agar menjadi barang yang bernilai,” katanya.

Karena di desa tempat tinggalnya terkenal akan produksi gentengnya, maka ia membuat terobosan dengan membuat genteng dari bahan limbah plastik tersebut. Namun usaha tersebut gagal, pasalnya setelah di uji coba selama dua tahun di rumahnya, genteng plastik tersebut rusak dan menyebabkan kebocoran.

Tidak patah semangat, akhirnya Kasrin mengubah mengolah limbah plastik tersebut menjadi paving block. Setelah berulangkali melakukan uji coba, Karsin berani meyakinkan orang mengenai kualitas paving block ciptaannya.Terbukti, ungkap Karsin, paving block yang telah dipasang sejak 2006 oleh pelanggannya, kini kondisinya masih bagus seperti semula.

Bentuk paving block berbahan plastik itu persis seperti pada umumnya, yang membedakan, bobotnya lebih ringan dan bisa di cat dengan warna cerah. Tidak hanya itu saja, Paving Block kreasi Kasrin telah di uji coba dengan cara dilindas truk tebu yang memiliki bobot total 13 ton. Hasil uji cobanya memuaskan karena paving block tersebut sangat kuat, awet dan lentur.


    ☛ planet.merdeka.com