Rabu, 18 Mei 2016

Inovasi Semen Bercahaya Terangi Jalan Tol

 

I
  lmuwan Jose Carlos Rubio ingin membuat satu cara menerangi jalan tol dan jalan raya pada umumnya tanpa menggunakan listrik.

Dia kemudian menemukan sebuah solusi inovatif, yakni mengembangkan struktur pembentuk semen yang dia rancang untuk bersinar saat gelap.

Rubio yang bekerja di Universidad Michoacana de San Nicolas de Hidalgo meneliti seluk beluk semen selama sembilan tahun.

Menurutnya, masalah pertama yang dia hadapi adalah fakta bahwa semen itu tak tembus cahaya. Rubio lantas mencari tahu lebih dalam tentang cara pembuatan semen.

Proses pembuatan semen diawali dengan mencampurkan serbuk dengan air dan setelah memadat berbentuk gel, semen tersebut masuk dalam bentuk serpihan kristal.

Serpihan ituv merupakan bagian dari semen yang tidak perlu. Rubio kemudian menemukan cara untuk mengubah struktur mikro semen yang membuat serpihan itu tidak muncul.

Hasilnya, semen tanpa serpihan kristal itu dapat menyerap energi matahari dan memancarkan cahaya ketika malam tiba.

Menurut Rubio, produk pemancar cahaya dari semen itu bisa bertahan selama 100 tahun dan bersinar selama 12 jam pada malam hari.

Intensitas cahaya yang dipancarkan dapat diubah sehingga tidak menyilaukan para pengguna jalan. Pancaran cahaya yang dihasilkan berwarna biru dan hijau.

Semen bercahaya itu tak hanya menghemat energi, tetapi proses pembuatannya juga ramah lingkungan. Selama pembuatan, satu-satunya hal yang dikeluarkan adalah uap air.

Penggunaannya menurut Rubio bisa untuk komersial. Menurut Rubio, setidaknya 4 miliar ton semen dibuat sepanjang 2015 silam dan semen bercahaya bukan hanya bisa digunakan untuk jalanan, tetapi juga gedung-gedung.

Teknologi semen bercahaya itu bahkan bisa digunakan dalam proses plester gedung. Saat ini, menurut data publikasi dari Investigacion y Desarrollo, penelitian Rubio ini telah mencapai tahap komersialisasi.


 ☛ kompas.com  

Senin, 09 Mei 2016

Kementerian PUPR Akan Membangun Jembatan Apung Pertama di Indonesia

K
 ementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan akan membangun jembatan apung yang akan menghubungkan Desa Ujung Alang dan Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Jembatan apung sepanjang 40 meter ini nantinya akan menjadi jembatan dengan teknologi apung pertama di Indonesia dan akan dipasang pada bulan Mei ini.

"Dipilihnya teknologi apung untuk jembatan ini dikarenakan setelah dilakukan pengamatan, lokasi di mana jembatan ini akan dipasang tidak dimungkinkan untuk membangun jembatan dengan teknologi pancang," kata Kepala Balitbang PUPR, Arie Setiadi Moerwanto, dalam keterangan tertulis, Kamis (5/5).

Ditambahkannya, kalaupun ingin dibangun dengan pancang, pembangunan jembatan ini akan membutuhkan dana yang sangat besar. Hasil pengamatan tim Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) menemukan bahwa sedimen yang di lokasi tempat akan dibangun jembatan memiliki kedalaman hingga 20 meter.

Kondisi ini membuat tim memutuskan bahwa teknologi apunglah yang cocok untuk diaplikasikaan dalam pembangunan jembatan di kampung nelayan ini. Selain biaya produksinya lebih murah, keunggulan dari jembatan hasil teknologi Balitbang PUPR ini mudah dibongkar-pasang atau dipindah-pindah.

Pembangunan jembatan ini awalnya adalah usulan dari Mantan Menko Kemaritiman Dwisuryo Indroyono pada 2015. Kemudian pada awal 2016 ini Pusjatan memulai perancangan jembatan dan langsung melakukan trial assembly jembatan apung pada bulan Januari hingga April 2016.





 ☛ merdeka.com