Rabu, 20 Agustus 2014

Limbah Kertas Bisa Dibuat Menjadi Bata

  Totok dengan bata dari limbah kertas kreasinya (Foto: dok. ITS)  
JAKARTA - Kreativitas memang tidak mengenal batas. Salah satunya dilakukan oleh dosen Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya, Vincentius Totok Noerwasito, yang menyulap limbah kertas menjadi batu bata.

Sebenarnya, inovasi membuat bahan bangunan dari limbah bukan pertama kali ini dilakukan pengajar jurusan Arsitektur tersebut. Sebelumnya, Totok pernah mencoba membuat bata dari bahan abu tebu, abu serbuk kayu, dan tanah tambak. Dia juga pernah memanfaatkan lumpur dari bencana lumpur Lapindo di Sidoarjo sebagai bahan baku pembuatan bata. Sayangnya, ketika diuji coba sebagai bahan untuk membangun sebuah gardu kecil di belakang Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), kualitas bangunan tersebut tidak terlalu bagus. Dia pun mengolah kembali sisa bata yang hancur untuk dibuat bata baru.

Ketertarikan suami dari Lintang Trenggonowati ini mengolah berbagai bahan baku menjadi bata dimulai sejak dia mengambil studi Material Science (Sains Material) di Institut National des Science Appliquees (INSA), Lyon, Prancis pada 1989. Untuk memperdalam pemahamannya, dia pun mengambil kursus pembuatan batu bata di sebuah sekolah arsitektur di Grenoble. Di sana, dia mendalami pembuatan bata dari tanah liat. Dia mengambil kursus khusus pembuatan batu bata di sebuah sekolah arsitektur di Grenoble. "Saya memilih tanah liat karena material tersebut yang paling mungkin dikembangkan di Indonesia," ujar Totok seperti dkutip dari situs ITS, Rabu (5/1/2011).   

Penelitian pertamanya berhasil ia rampungkan sembilan tahun kemudian, yakni pada 1998. Atas prestasinya, Totok seringkali diganjar bantuan dana penelitian untuk mengembangkan pembuatan bata menggunakan berbagai bahan baku. Terakhir, penelitiannya yang berjudul Bangunan Berdinding Bahan Bubur Kertas yang Tahan Gempa dihadiahi dana penelitian Rp50 juta dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas).

Totok membutuhkan waktu sekira lima bulan, dan menyelesaikan penelitiannya pada Desember 2010. Dia menjelaskan, ketertarikannya memanfaatkan limbah kertas menjadi bahan baku pembuatan bata berawal dari keprihatinan atas menumpuknya limbah kertas di perkotaan. “Daripada limbah kertas terbuang percuma, lebih baik dimanfaatkan,” ujarnya.

Menurutnya, limbah kertas jenis apa pun dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan bata. Percobaan pun dia lakukan di laboratorium yang dibuat sendiri di belakang rumahnya dengan memanfaatkan limbah kertas dari kantor jurusan.

Pria berkaca mata ini memaparkan, untuk membuat batu bata dari limbah kertas sebenanya tidak sulit. Pertama, limbah kertas dihancurkan dengan membuatnya menjadi bubur kertas, kemudian dicampur dengan semen. Campuran tersebut kemudian dipress dan dicetak. Dia mampu menghasilkan satu buah bata dalam sehari. "Bata dari limbah kertas lebih ringan. Bila bangunan yang menggunakan bata dari limbah kertas terkena gempa dan roboh, tidak akan terlalu keras seperti bata biasa," ujarnya.

Totok berencana mengenalkan produk bata dari limbah kertas ke masyarakat dengan membangun sebuah rumah tahan gempa. Hal yang sama dia lakukan ketika membangun rumah dari bata berbahan dasar lumpur Sidoarjo. Selain melakukan penelitian, dia juga menyosialisasikan dan mengaplikasikan penggunaan bata dengan bahan alternatif di perumahan penduduk di daerah Kraksaan, Probolinggo. Menurutnya, rumah berbahan dasar bata limbah kertas akan lebih cocok diaplikasikan di perkotaan. "Sebab, limbah kertas juga lebih banyak terdapat di perkotaan. Tidak hanya itu, jika diterapkan di pedesaan justru menjadi tidak efisien energi dan transportasi," imbuhnya.

Dia juga berniat mematenkan temuannya tersebut, dan membuka kemungkinan menggandeng pihak lain untuk pengembangan dan pemasaran produk yang belum dinamainya itu. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar