Sabtu, 02 Agustus 2014

Genteng Dari Limbah Bulu Ayam

   Ilustrasi : Limbah Bulu Ayam  
Jumlah produksi ayam pedaging di DIY mencapai 1 juta ekor per tahun dan selalu meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan kebutuhan masyarakat akan daging ayam. Dengan jumlah produksi sebesar itu maka jumlah sampah bulu ayam yang dihasilkan kurang lebih sebanyak 120 ton per tahun. Penanganan sampah bulu ayam sebagian besar dengan cara dibakar atau ditanam, dan baru sebagian kecil saja yang dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak atau digunakan untuk produk kerajinan.
Sebenarnya bulu ayam memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan untuk keperluan rekayasa, karena bulu ayam mengandung serat yang memiliki sifat fisik dan mekanik cukup baik. Selain itu, bulu ayam cukup awet, sebagai contoh sulak atau kemoceng bulu ayam yang ada di rumah kita kondisinya masih cukup baik setelah digunakan bertahun-tahun. Dengan jumlah yang melimpah dan mudah didapatkan, serta memiliki sifat-sifat yang cukup baik, sampah bulu ayam cocok sekali digunakan untuk keperluan rekayasa.
Salah satu alternatif penggunaan bulu ayam untuk keperluan rekayasa yaitu dengan mencampur bulu ayam dengan polimer cair (biasanya resin polyester) kemudian dibiarkan mengeras di dalam cetakan, sehingga terbentuk produk komposit bulu ayam. Apabila bulu ayam dibuat menjadi material komposit bulu ayam, maka material ini memiliki rasio kekuatan per berat jenis dari komposit bulu ayam lebih tinggi dibandingkan material rekayasa lainnya seperti baja, aluminium, plastik, maupun komposit fiberglass.
Gagasan untuk membuat genteng komposit bulu ayam berawal dari banyaknya bencana gempa bumi, letusan gunung api, dan puting beliung yang melanda wilayah Indonesia dalam beberapa tahun ini yang mengakibatkan kerusakan bangunan dan korban jiwa. Bencana-bencana tersebut menyadarkan masyarakat pentingnya bangunan yang aman dari bencana alam. Beberapa ahli bangunan memberikan saran untuk bangunan yang berada pada daerah rawan gempa tektonik, dekat dengan gunung berapi aktif, dan   rawan puting beliung, sebaiknya menggunakan bahan-bahan atap bangunan yang ringan, memiliki kemiringan yang besar, dan tidak mudah diterbangkan angin.


Pembuatan genting bulu ayam dilakukan oleh tim peneliti dari Teknik Mesin UII Yogyakarta, yang beranggotakan Muhammad Ridlwan, ST. MT, Dian Janari, Azmi Nur Ardiansyah, Edy Priyono, Aswan Munang. Cara pembuatan genteng komposit bulu ayam yaitu bulu ayam dari bagian dada dicuci dengan sabun dan direndam dalam larutan etanol selama 2 jam dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Langkah berikutnya adalah mencetak genteng komposit bulu ayam yaitu dengan mencampur bulu ayam dengan cairan resin polyester dan dituang ke dalam cetakan genteng. Cetakan ditekan pada tekanan 20 bar selama 8-12 jam hingga mengeras kemudian dikeluarkan dari cetakan.
Genteng komposit bulu ayam ini memenuhi standar teknis yang diperlukan genteng yaitu memiliki ketahanan terhadap rembesan air, tidak menyerap air (< 1 %), dan mampu menahan beban hingga 200 kg. Genteng ini memiliki berat per meter persegi sebesar 5,5 kg/m2, lebih ringan dibanding genteng tanah liat maupun genteng metal. Keistimewaan dari genteng ini adalah genteng ini bertekstur yang unik dan natural sesuai dengan jenis bulu ayam yang digunakan, sehingga memiliki nilai artistik tinggi.­­­­


Tidak ada komentar:

Posting Komentar