Minggu, 25 Januari 2015

Teknologi Cakar Ayam Modifikasi Sebagai Alternatif Untuk Konstruksi Jalan Di Atas Tanah Lunak


Teknologi sistem Cakar ayam yang dimodifikasi ternyata dapat digunakan untuk konstruksi jalan diatas tanah lunak.  Teknologi ini telah digunakan untuk membangun jalan Tol Sedyatmo penghubung lalu lintas ke arah Bandara Soekrano-Hatta. Selain bisa menghemat waktu,  penggunaan teknologi ini juga dapat menghemat biaya konstruksi, dibanding kalau menggunakan teknologi cakar ayam asli.  Mengingat petumbuhan kota-kota di Indonesia secara tradisional berada di dekat pantai atau hilir sungai, seperti jalur transportasi sungai, akses perdagangan lewat laut sehingga pertumbuhan kota-kota besar selalu membutuhkan prasarana transportasi. Dan untuk menjangkaunya dibutuhkan  akses jalan. Sekretaris Balitbang, Dep.PU, Supardi menyatakan hal itu dalam sambutannya pada Seminar Sehari yang bertajuk: Teknologi Jalan Di Atas Tanah Lunak.


Supardi menyatakan, menurut data kurang lebih 20% daerah pantai di Indonesia terdiri dari tanah lunak. Bermacam teknologi sudah ada dan diterapkan khususnya teknologi pembangunan di atas tanah lunak. Dia mencontohkan,  antara lain Vertical Drains, Cecuruk, Stabilisasi (Mekanik atau Kimia) dan pondasi Sistem Cakar Ayam. Namun teknologi yang disebut terakhir juga telah diterapkan pada Bandara Soekarno-Hatta dan Akses Cengkareng, tambahnya.
Dijelaskan, sebelumnya kendala utama yang masih dialami dengan penggunaan Teknologi Sistem Cakar Ayam dalam terjadinya penurunan timbunan yang dapat memperkokoh plat terhadap puntir. “Dari sini, timbul pemikiran untuk memodifikasi sumuran itu dengan Box Cuvert untuk mengatasi penurunan. Lalu mengganti bahan sumuran dengan pipa baja,” ungkap Supardi.
Pekerjaan Modifikasi sistem Cakar Ayam antara lain penggantian slab stiffener pipa beton dengan pipa baja galvanis yang 700% lebih ringan, penempatan slab pada posisi tanah asli (tidak di atas timbunan); dan pengembangan dan penggunaan material timbunan ringan. Karena ringan dan tipis (pipa baja) sehingga memudahkan dalam pelaksanaan. Pasalnya, tidak perlu alat berat lagi dan tidak perlu pengerasan sementara dalam pelaksanaannya. Selain itu, waktu pengerjaan jadi relatif lebih cepat dan biaya juga relatif jauh lebih murah serta saat penancapan pipa baja, tanah asli sama sekali tidak terusik (dibandingkan dengan pemasangan pipa beton pada sistem cakar ayam asli).
“Kami telah evaluasi  dan melakukan modifikasi  teknologi sistem cakar ayam, tetapi tidak menutup kemungkinan alternatif lain dalam konstuksi jalan di atas tanah lunak.” kata Bambang Suhendro, peneliti dari UGM.  Menurutnya, modifikasi pertama adalah mengganti pipa beton dengan berat 1 ton per pipa menjadi pipa baja dengan berat 35 kg per pipa. Pada tanah lunak hal tersebut sangat berarti karena mengurangi kapasitas yang tersedia. Pipa baja tersebut sudah di calvanized sehingga anti karat selama 25 tahun. karena ringannya proses pemasukan ke tanah dan pengangkutan tidak memerlukan alat berat, dengan tenaga manusia dapat dilakukan.
Selain itu, tegas Bambang teknologi ini menghemat waktu dan biaya. Setelah mendekati 25 tahun, dengan kondisi tanah yang berubah, sistem cakar ayam tetap bisa bertahan. Dengan pipa baja  produk indonesia yang telah melalui proses calvanized. Produk ini sudah dipakai di Australia dan diklaim 25 tahun tahan karat. Sistem cakar ayam modifikasi ini sudah diterapkan di Blitar, Jalan Sedyatmo. Keunggulan lainnya, tambah Bambang terknologi ini mampu digunakan untuk jalan perkerasan terberat seperti di airport dengan beban yang lebih berat lima sampai enam kali dari jalan nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar