Proses pembangunan rumah dengan siste drywall. Dengan sistem cetak kering di tempat, dalam dua minggu rumah sudah jadi. |
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Bagaimana inspirasi Ir Sulistyana MT akhirnya menemukan teknik drywall (cetak kering), mengganti cara konvensional membangun rumah?
Sulistyana mengaku, semua berawal dari keprihatinan ketika melihat warga biasa yang kini terasa semakin sulit untuk bisa mewujudkan impiannya memiliki rumah. Padahal dulu warga kampung bisa membuat rumah hanya dengan gotong royong.
"Ketika saya presentasi flyslab (beton plat lantai ringan temuannya--red) di berbagai kota, terutama di kampus-kampus, pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana dengan pembuatan dinding? Padahal bahan baku tersedia melimpah di wilayah setempat. Saya terpacu, saatnya kita bisa back to basic," kata Sulistyana yang juga dikenal sebagai Carik Punggowo (Paguyuban Among Warga Jowo) Batam itu.
Dari hasil penelitian dan kajian ilmiah itulah akhirnya terwujud drywall, yakni sistem cetak kering (di tempat) yang memungkinkan warga membuat rumah dengan cara cepat, murah, dan simpel, tanpa meragukan kualitas produk. Untuk skala umum, temuan drywall juga melengkapi penemuan sebelumnya, yakni flyslab.
Namun demikian, aplikasi lebih praktis lebih bisa dirasakan warga biasa untuk rumah tinggal. Hal ini pula yang menjadi keinginan terdalam Sulistyana bahwa hasil karyanya akan memberikan sumbangsih bagi solusi pembangunan di Batam dan Kepri, atau tanah air pada umumnya.
Sulistyana dan pengurus Punggowo, Sugiyanto SH, membeberkan inspirasi bahwa drywall bisa diaplikasikan masyarakat tidak harus dengan utang atau sistem KPR di bank. Sebab budaya gotong-royong sebenarnya menjadi karakter masyarakat Indonesia, yang terbukti sangat ampuh untuk menyelesaikan problem bersama. Dalam hal membangun rumah pun bisa dilakukan.
"Dengan inovasi ini kita merubah mindset bahwa membuat rumah harus dengan biaya tinggi, dan persyaratan birokrasi rumit ketika KPR di bank. Warga yang mau bangun rumah, bisa dengan cara gotong-royong, saling bantu mengumpulkan material pasir atau membeli semen dan kusen- kusennya. Dalam waktu relatif singkat rumah bisa dibuat," ujarnya.
Sedangkan untuk proyek massal, teknik drywall justru tambah efisien. Sebab pelaksana tinggal menyiapkan molding atau cetakan sesuai kebutuhan.
Bangkitkan Budaya Kerjasama
Baik Sulistyana maupun Sugiyanto yang ditemui Tribun di kantornya, PT Kinarya Beton Indonesia, Batam Centre, mengaku bersyukur dengan respons yang luar biasa dari warga. Hampir setiap hari banyak warga yang berusaha melihat rumah contoh di Tiban. Bahkan hari-hari ini sulistyana juga mengaku sibuk melayani masyarakat yang menanyakan langsung tentang temuanya itu.
Baginya hal itu memang menunjukkan bahwa terpenuhinya perumahan menjadi kebutuhan primer yang masih sekadar angan-angan bagi warga. Ia sadar masalah perumahan bukan sekadar tanggungjawab pemerintah, akan tetapi juga perlu sumbang pemikiran dari semua kalangan masyarakat.
Selain untuk beberapa pesanan pengerjaan rumah warga, Sulistyana mengaku kini sejumlah developer di Batam telah sepakat melakukan kerja sama. Misalnya proyek townhouse di sekitar Bandara Hang Nadim Batam.
Satu hal yang pasti, munculnya inovasi teknik membuat rumah ini juga bakal memberikan dampak dan implikasi dalam berbagai bidang ke depannya. Baik teknologi, ekonomi, sosial, bahkan kebangkitan kultur atau budaya dalam bermasyarakat. Semua itu ditujukan untuk semakin meningkatnya derajat kehidupan.
batam.tribunnews.com
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus