Selasa, 15 April 2014

Beton Daur Ulang untuk Preservasi Jalan


Dalam 5 tahun terakhir, kondisi infrastruktur Indonesia terus berkembang. Infrastruktur jalan telah bertambah dari 34.629 km pada tahun 2004 menjadi 38.570 km pada tahun 2009. Demikian pula jalan tol sampai tahun 2010 telah berkembang menjadi 741 km. Di dalam pidato pada acara Forum Investasi Infrastruktur, Hermanto Dardak memaparkan bahwa kebutuhan penambahan infrastruktur jalan, khususnya pembangunan dan pemeliharaan, ternyata tidak dapat diimbangi oleh kemampuan kapasitas keuangan pemerintah yang saat ini hanya mampu mendanai 17% dari total kebutuhan investasi untuk infratruktur sebesar USD 200 juta.

Untuk mengimbangi volume dan beban kendaraan yang cenderung terus bertambah diperlukan suatu inovasi dalam bidang pemeliharaan jalan guna mempertahankan atau menambah umur rencana jalan dalam melayanani beban lalu lintas. Terkait keterbatasan dana, maka perlu dicari alternatif metode rehabilitasi jalan yang lebih efektif dan efisien. Kebutuhan peningkatan jalan dengan cara penambahan lapis tambahan membutuhkan ketersediaan volume material, seperti batu kali, kerikil, pasir, yang sangat besar tetapi ketersediaan material tersebut di alam tentu sangat terbatas. Untuk itu, diperlukan inovasi untuk mencari metode pembangunan alternatif yang mampu menghasilkan kualitas konstruksi yang memenuhi standar namun dapat menggunakan material yang seminim mungkin.

Limbah ternyata tidak selamanya terbuang percuma. Kini, untuk membuat beton tak harus mengandalkan bahan-bahan beton konvensional yakni pasir, kerikil, dan semen. Berkat keuletan sejumlah peneliti, berbagai limbah bisa dimanfaatkan untuk itu. Memang tidak bisa menggunakan sembarang limbah. Sebab, bahan konstruksi yang digunakan harus tetap memenuhi syarat tidak mengandung bahan berbahaya yang bisa mengganggu kesehatan, dan unsur-unsur yang dikandungnya tidak menimbulkan reaksi yang bertentangan dengan semen sebagai bahan perekatnya.

Salah satu alternatifnya adalah menggunakan beton dengan agregat daur ulang, tepatnya beton yang dibuat dengan metode daur ulang. Penanganan dengan teknologi daur ulang perkerasan merupakan suatu solusi alternatif dengan beberapa keuntungan seperti dapat mengembalikan kekuatan perkerasan dan mempertahankan geometrik jalan serta mengatasi ketergantungan akan material baru. Daur ulang yang diproses dan ditunjang dengan peralatan yang memadai akan menghasilkan bahan campuran yang nilai strukturnya dapat mengimbangi campuran yang baru. Inovasi ini telah dikembangkan oleh Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Badan Litbang PU untuk menjawab kebutuhan mengatasi kerusakan jalan yang terjadi dan meningkatkan mutu jalan.

Saat ini telah banyak ruas jalan yang dibangun dengan perkerasan kaku (rigid pavement) berupa perkerasan beton. Jenis perkerasan ini lebih mampu menahan rendaman air dan beban lalu lintas yang berat dibandingkan jalan dengan perkerasan lentur (flexible pavement) yang menggunakan material aspal. Umumnya kerusakan yang terjadi pada bagian jalan dengan perkerasan kaku (rigid pavement) adalah terangkatnya badan jalan (pumping), dan retak perkerasan (cracking). Penggunaan daur ulang limbah beton akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi preservasi jalan dengan perkerasan kaku (rigid pavement) karena dapat memaksimalkan penggunaan material bekas yang telah terpasang dan meminimalkan kebutuhan batu pecah (fresh agregate) sebagai kebutuhan pekerjaan jalan secara keseluruhan. Hal ini tentunya akan bermuara kepada pengurangan eksploitasi sumber daya alam batuan, baik di gunung maupun di sungai.

Namun tidak setiap kerusakan jalan dapat langsung diatasi dengan recycling. Apabila kerusakan terjadi pada lapisan dasar (sub grade), maka usaha pertama yang perlu dilakukan adalah  tindakan perkuatan/stabilisasi sub grade yang mutlak harus dilakukan sebelum dilakukan recycling pada lapis struktur sub base/base–nya. Untuk itu diperlukan investigasi awal yang tepat sebelum pelaksanaan daur ulang yang umumnya dilakukan antara lain: tebal dan lebar perkerasan lama, jenis bahan setiap lapis perkerasan, daya dukung tanah dasar, dan lapis perkerasan, muka air tanah, public utilities, serta volume dan beban lalu lintas.

Beton daur ulang merupakan campuran yang diperoleh dari proses ulang material sejenis sebelumnya. Sebagaimana konstruksi beton pada umumnya, konstruksi beton daur ulang ini juga membutuhkan bahan material beton yang terdiri dari semen, agregat (agregat kasar berupa batu kerikil dan agregat halus seperti pasir), air, serta bahan kimia aditif. Proses daur ulang limbah beton adalah sebagai berikut: beton bekas dimasukkan dalam crusher  sehingga menjadi agregat dengan ukuran yang diinginkan lalu agregat hasil dari limbah beton di campur dalam mesin cold recycler dengan menambahkan semen dan unsur-unsur lain sehingga terbentuklah material Cement Treated Base (CTB). Pada jalan yang akan direhabilitasi di bagian atas, perkerasan atau sub course dikeruk untuk diganti dengan perkerasan baru menggunakan beton hasil daur ulang. Material CTB hasil dari mesin cold recycler kemudian dihamparkan dengan mesin penghampar pada bagian atas perkerasan yang akan direhabilitasi. Perkerasan hasil rehabilitasi kemudian dipadatkan dengan mesin pemadat.

Dengan metode beton daur ulang ini diharapkan dapat  digunakan sebagai alternatif beton berkualitas untuk preservasi dan rehabilitasi di jalan, terutama yang menggunakan struktur perkerasan kaku (rigid pavement). Dengan daur ulang ini pula diharapkan anggaran yang dibutuhkan dapat dihemat terutama pada komponen kebutuhan penggunaan material batu pecah yang telah digantikan dengan agregat beton daur ulang. Terakhir, hal yang sangat penting adalah dengan berkurangnya kebutuhan material alam maka secara langsung kita juga mengurangi eksploitasi sumber daya alam di gunung dan di sungai sehingga pembangunan dapat terus berlanjut namun kelestarian alam dapat terus terjaga.

Sumber : http://pustaka.pu.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar