Umar Sumadi di depan Rumah
Murah karyanya
|
Rumah raswari merupakan rumah tahan gempa yang dibangun berdasarkan kerja
sama Kemetrian Rakyat dengan penemu teknologi rumah ini yaitu Umar Sumadi.
Sebelum menemukan sistem pembuatan rumah raswari, Umar Sumadi pernah bekerja
sebagai seorang tukang bangunan.
Ukuran luasnya adalah 36 meter persgi. Sedangkan bahan yang dipakai untuk
membuat dinding berupa cetakan beton yang ukurannya sama seperti dinding biasa
namu lebih tipis. Karena itu banyak orang yang juga memberi nama rumah ini
sebagai rumah cetak. Saat pertama kali dibuat, konsep bangunan rumah ini adalah
semi permanent.
Salah satu kelebihan dari rumah ini adalah, proses pembuatannya lebih cepat
dan praktis. Karena itu jika dilihat dari segi pembiayaannya juga menjadi hemat
dan irit. Rumah ini memang dibuat dengan tujuan untuk membantu masyarakat kelas
bawah agar bisa mendpatkan tempat tinggal dengan harga yang sangat terjangkau.
Sebelum dikembangkan, rumah raswari atau rumah cetak ini memakai bahan kayu
yang dibuat jadi papan. Tapi mengingat harga kayu makin mahal harganya dan
bersifat merusak lingkungan, selanjutnya diciptakan teknologi baru. Setelah
dilakukan berbagai macam penelitian, akhirnyabahan kayu tersebut bisa
digantidari beton. Sehingga sifatnya tidak menjadi semi permanent lagi namun
sudah full permanent.
Bahan untuk pembuatan beton ini adalah campuran mortar dan semen dengan
perbandingan satu berbanding empat. Sementara itu untuk kerangkanya dibuat dari
tulangan besi dan menggunakan adonan semen dan pasir. Dengan cara seperti ini
maka penggunaan kayu bisa semakin dikurangi atau diminimalkan.
Kayu hanya digunakan untuk membuat kerangka dan kusen pintu. Sedangkan daunnya memakai triplek. Kemudian untuk jendelanya berupa jendela dari kaca nako yang bisa menjadikan sisitem sirkulasi udara bisa diatur dengan baik. Jendela ini diletakan pada bagian depan dan jumlahnya ada dua dengan posisi saling berdampingan dan terpisah dengan pintu yang ada di tengah.
Sedangkan pondasinya ada yang memakai umpak dan batu kali namun ada pula
yang memakai karang serta slof. Semuanya tinggal disesuaikan dengan kondisi
tanah atau lahan dan bahan yang lebih mudah ditemukan dan tersedia di lokasi
pembangunan di mana komplek rumah raswari ini dikembangkan.
Selanjutnya untuk atapnya, bisa menggunakan atap dasi seng gelombang. Atau
bisa juga diganti dengan atap asbes dan kerangkanya memakai rangka besi siku.
Dan lantainya berupa lantai rabat yang dibuat dari adonan semen dan pasir
dengan perbandingan satu dan empat. Meski tidak memakai lantai ubin, tapi
lantai rabat ini tetap bisa memenuhi standar kesehatan dan rumah layak huni.
Meski ukurannya tidak begitu luas yaitu hanya tigapuluh enam meter persegi
saja, namun sistem pembagian ruangnya termasuk lengkap. Ada ruang satu ruang
tamu yang bisa disekat atau dibagi menjadi dua dan satunya dipakai sebagai
ruang keluarga. Tapi disarnkan sebaiknya ruang tamu ini tetap difungsikan
sebagai ruang keluarga sekaligus sehingga ukuran ruangnya tidak terlalu kecil
dan sempit.
Selain ruang tamu masih ada lagi ruang dapur untuk
memasak,kamar mandi dan dibuat menyatu dengan toilet atau MCK. Lalu ada kamar
tidur yang jumlahnya ada dua. Yang satu ukurannya agak besar dan satunya lagi
lebih kecil.
Selain proses pembuatannya lebih praktis dan tidak
membutuhkan waktu yang lama, rumah cetak atau raswari ini juga punya kelebihan
lain yaitu tahan gempa. Karena itu tidak mengherankan ketika diuat proyek
percontohan, maka lokasi perumahan pertama yang dikembangkan adalah daerah Aceh
terutama untuk membantu masyarakat yang beberapa tahu lalu terkena dampak
bencana tsunami.
Meski tampilannya sangat sederhana namun dari sisi
desain rumah raswari tetap punya tampilan yang menarik. Apalagi jika penggunaan
warana dalam pengecatan dinding serta element yang lain bisa diaplikasi dengan
baik.
☛Image Bali
☛Image Bali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar