Rumah prefabrikasi (disingkat prefab) adalah sebuah bangunan rumah yang komponen-komponennya sudah siap berupa barang jadi hasil produksi pabrik. Tidak seperti bangunan konvensional yang dindingnya terbuat dari susunan bata yang disemen, diaci, kemudian dicat, rumah prefab tinggal pasang saja. Lebih praktis dan menghemat waktu.
Menurut M. Sani Rocychansyah dari Jurusan
Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (UGM),
Yogyakarta, keutamaan rumah prefab ialah waktu pengerjaan konstruksi yang lebih
cepat dan standar kualitas yang sama dan terjaga karena komponennya diproduksi
oleh pabrik. Dengan sistem fabrikasi ini juga diharapkan harganya menjadi lebih
ekonomis.
“Karakteristik rumah prefab ialah mudah diaplikasi,
ringan, tahan gempa, tidak merambatkan api (fire
retardant), tidak memerlukan banyak tenaga kerja, presisi, tidak ada bahan
yang terbuang, dapat didaur ulang, dan lain-lain,” ujar lulusan Postdoctoral
Research Fellow, Department of Architecture and Building Science, Tohoku
University, Sendai, Jepang, tersebut.
“Karena sistemnya knock down, rumah bisa dikerjakan dengan cepat. Yang agak lama
untuk instalasi elektrikalnya,” kata Yoseph Veni Caputra, Architect Engineer PT
Aneka Panel Indonesia (API), produsen API Sandwich Panel. Disebut sandwich karena API Sandwich Panel
menggunakan bahan zingalum yang mengapit styrofoam.
Zingalumnya bermerek Dongwu dan Union yang diimpor dari Korea.
Untuk proses awal kita membangun rumah prefab
yaitu menyiapkan pondasi, leveling
lantai, kemudian terserah finishing-nya
apa cukup di cor kemudian diaci, menggunakan keramik, atau lainnya. Setelah itu
pemasangan frame atau rangka yang
materialnya sudah diukur secara presisi di pabrik kemudian tinggal dipasang
bagian dinding dan atap. Selesai.
Tidak seperti PT API yang dinding maupun penutup
atapnya menggunakan bahan yang sama, banyak perusahaan lain yang bekerja sama
dengan penyedia material bangunan lainnya. Misalnya dinding menggunakan papan
gipsum, partikel board (MDF), atau
lainnya sementara untuk atap umumnya menggunakan genteng metal.
Intinya perusahaan tersebut hanya menyediakan
rangka rumah untuk dinding dan atap, bahan lainnya bekerja sama dengan
perusahaan lain. Dijualnya tetap satu paket, kita tinggal memilih mau
menggunakan material yang mana sesuai selera dan bujet. Contohnya PT Panca
Harapan (PH) yang bekerja sama dengan produk-produk bahan bangunan seperti
Kalsiboard, Harflex, Fersa, Onduline, dan lainnya untuk material dinding dan
atapnya.
“Kami sedang mengembangkan untuk membuat produk
sendiri, sementara ini baru bisa menyediakan kusen, pintu, dan jendela dengan
bahan baja yang di-powder coating
(galvanis). Bahan bakunya kami beli dari Krakatau Steel dengan ketebalan 0,5
mm,” ujar Allan Eduards, Marketing PH.
Untuk desain layout
organisasi ruang di dalam rumah, kita bisa menentukannya sendiri. Umumnya
standar saja dan baru bisa untuk rumah satu lantai. Bisa saja dibuat dua lantai
tapi tujuan membangun rumah secara cepat dan praktis menjadi tidak tercapai
karena bila dua lantai butuh perhitungan-perhitungan khusus lainnya. Layout-nya pun umumnya sederhana saja,
terdiri dari ruang utama, kamar tidur, kamar mandi, dan dapur.
Khusus Api Sanwich Panel karena materialnya
berisi styrofoam, jalur elektrikalnya
tidak bisa ditanam di dalam dinding sehingga terekspose di luar dinding.
Keuntungannya jadi lebih mudah ketika ingin memindahkan jalur kabel sesuai
keinginan. Dinding styrofoam-nya juga
kuat untuk ditempeli wastafel selama menggunakan fisher.
API Sandwich Panel menggunakan plat baja 0,4 mm
sehingga tebal dinding plus styrofoam-nya
jadi 5 cm. Dimasukan pada rangka dengan bahan plat baja yang sama. Setiap
panelnya memiliki lebar 1 m dengan tinggi maksimal yang bisa dibuat mencapai 12
m. Jadi tiap 1 m akan terlihat garis batasnya. Untuk atapnya memiliki dimensi
yang sama hanya saja dibuat bergelombang untuk menahan air, angin, dan untuk
menciptakan overlap (susun tumpang
tindih).
“Styrofoam
itu untuk menahan panas dan suara. Tebal 5 cm API Sandwich Panel itu setara dua
lapis bata dari segi menahan suara dan peredam panas,” kata Yoseph. Kekurangan
atau kelebihan produk ini akan menahan suhu di dalam ruangan. Artinya, bila di
dalam ruangan bersuhu dingin, suhunya tidak bisa keluar. Demikian juga bila
panas, panasnya akan tertahan di dalam. Untuk mengeluarkan panasnya harus
menggunakan exhaust.
Untuk jalur plumbing
sudah disediakan lubang-lubangnya tinggal disambungkan ke jalur pembuangan
kamar mandi maupun dapur. Sementara untuk peletakan kusen pintu, jendela, dan
lainnya, rangka rumah tinggal menyesuaikan ukurannya dengan material tersebut.
Kita bisa menggunakan kusen berbahan yang sama atau lainnya seperti alumunium,
PVC, atau kayu sekalipun.
“Bagusnya rumah ini jadi anti rayap. Bobotnya
yang ringan membuatnya lebih tahan terhadap gempa selain modulnya menggunakan
sistem joint sehingga fleksibel,
nggak crack,” kata Allan. Produk
rumah prefab PH telah diuji coba di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman (Puslitbangkim) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Balai Besar
Teknologi Kekuatan Beban Struktur Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) tahan terhadap gempa sampai 7 SR.
Menurut Yoseph, rumah prefab belum populer karena
tampilannya polos, kaku, seperti bangunan pabrik, dan tidak seperti rumah
biasa. “Makanya sekarang kami buat juga yang bermotif kayu bahkan coil-nya kami buat bertekstur kayu
sehingga lebih natural,” katanya. Intinya, rumah prefab sangat layak sebagai
tempat hunian. Sudah memperhitungkan ketahanan terhadap cuaca seperti hujan,
panas, angin, sampai petir. “Kalau tertimpa benda berat digantinya bisa per
panel,” tambahnya.
Untuk harganya, API mematok Rp55,5 juta untuk
rumah tipe 36 m2 dan PH Rp1,5 juta/m2 terpasang. Harga tersebut hanya sebagai
patokan awal karena di lapangan bisa berubah lebih murah atau lebih mahal
tergantung pilihan kita. Saat ini permintaan rumah prefab sebagian besar untuk
kantor sementara atau mes karyawan di daerah pertambangan atau perkebunan. Baik
API dan PH sendiri berkantor di Jakarta. Umumnya rumah prefab tipe 36 dapat
dikerjakan kurang dari satu bulan.
Sejarah
Prefab House
Tahun 1996, sebanyak 24 persen rumah baru di
Amerika adalah rumah prefab yang disebut portable
house prefab. Awalnya, seperti juga di Kanada, rumah prefab dikenal sebagai
manufactured house yang bertumpu pada
struktur baja yang merujuk pada mobile
home atau karavan sebagai rumah dinamis.
Sementara di Eropa dan Jepang rumah prefab ialah
rumah dengan modul tertentu dan dibangun layaknya rumah biasa hanya saja
sebagian dari komponennya banyak diselesaikan di pabrik. “Beberapa kalangan
mengelompokkan lagi ke dalam istilah dwellhouse
prefab dan menjadi bagian dari budaya membuat rumah di sana. Setelah perang
dunia kedua, dengan banyaknya proyek rehabilitasi permukiman dan pembangunan
masal, rumah prefab banyak dipilih karena kecepatan pembangunannya dan murah,”
kata Sani.
Kapan masuk Indonesia? Pembukaan lahan untuk
eksploitasi minyak ataupun tambang oleh perusahaan asing pada tahun 1960an
adalah awal masuknya rumah prefab ke negeri ini dengan istilah portacamp. Waktu itu masih dalam bentuk
bangunan kontainer utuh. “Kontainer tersebut diangkut menggunakan helikopter ke
lokasi-lokasi pengeboran minyak sebagai kantor maupun rumah tinggal bagi
pekerjanya,” jelasnya.
Kedepannya rumah prefab akan banyak digunakan
untuk memenuhi tuntutan kebutuhan yang semakin cepat akan perumahan. Pemerintah
sendiri sebetulnya memiliki RISHA (rumah instan sederhana sehat) yang
dikembangkan oleh Puslitbangkim PU, hanya saja saat ini memang belum populer
karena belum membudaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar