Jumat, 25 Juli 2014

Rumah Prefabrikasi




Rumah prefabrikasi (disingkat prefab) adalah sebuah bangunan rumah yang komponen-komponennya sudah siap berupa barang jadi hasil produksi pabrik. Tidak seperti bangunan konvensional yang dindingnya terbuat dari susunan bata yang disemen, diaci, kemudian dicat, rumah prefab tinggal pasang saja. Lebih praktis dan menghemat waktu.

Menurut M. Sani Rocychansyah dari Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, keutamaan rumah prefab ialah waktu pengerjaan konstruksi yang lebih cepat dan standar kualitas yang sama dan terjaga karena komponennya diproduksi oleh pabrik. Dengan sistem fabrikasi ini juga diharapkan harganya menjadi lebih ekonomis.

“Karakteristik rumah prefab ialah mudah diaplikasi, ringan, tahan gempa, tidak merambatkan api (fire retardant), tidak memerlukan banyak tenaga kerja, presisi, tidak ada bahan yang terbuang, dapat didaur ulang, dan lain-lain,” ujar lulusan Postdoctoral Research Fellow, Department of Architecture and Building Science, Tohoku University, Sendai, Jepang, tersebut. 

“Karena sistemnya knock down, rumah bisa dikerjakan dengan cepat. Yang agak lama untuk instalasi elektrikalnya,” kata Yoseph Veni Caputra, Architect Engineer PT Aneka Panel Indonesia (API), produsen API Sandwich Panel. Disebut sandwich karena API Sandwich Panel menggunakan bahan zingalum yang mengapit styrofoam. Zingalumnya bermerek Dongwu dan Union yang diimpor dari Korea.

Untuk proses awal kita membangun rumah prefab yaitu menyiapkan pondasi, leveling lantai, kemudian terserah finishing-nya apa cukup di cor kemudian diaci, menggunakan keramik, atau lainnya. Setelah itu pemasangan frame atau rangka yang materialnya sudah diukur secara presisi di pabrik kemudian tinggal dipasang bagian dinding dan atap. Selesai.

Tidak seperti PT API yang dinding maupun penutup atapnya menggunakan bahan yang sama, banyak perusahaan lain yang bekerja sama dengan penyedia material bangunan lainnya. Misalnya dinding menggunakan papan gipsum, partikel board (MDF), atau lainnya sementara untuk atap umumnya menggunakan genteng metal. 

Intinya perusahaan tersebut hanya menyediakan rangka rumah untuk dinding dan atap, bahan lainnya bekerja sama dengan perusahaan lain. Dijualnya tetap satu paket, kita tinggal memilih mau menggunakan material yang mana sesuai selera dan bujet. Contohnya PT Panca Harapan (PH) yang bekerja sama dengan produk-produk bahan bangunan seperti Kalsiboard, Harflex, Fersa, Onduline, dan lainnya untuk material dinding dan atapnya.

“Kami sedang mengembangkan untuk membuat produk sendiri, sementara ini baru bisa menyediakan kusen, pintu, dan jendela dengan bahan baja yang di-powder coating (galvanis). Bahan bakunya kami beli dari Krakatau Steel dengan ketebalan 0,5 mm,” ujar Allan Eduards, Marketing PH. 

Untuk desain layout organisasi ruang di dalam rumah, kita bisa menentukannya sendiri. Umumnya standar saja dan baru bisa untuk rumah satu lantai. Bisa saja dibuat dua lantai tapi tujuan membangun rumah secara cepat dan praktis menjadi tidak tercapai karena bila dua lantai butuh perhitungan-perhitungan khusus lainnya. Layout-nya pun umumnya sederhana saja, terdiri dari ruang utama, kamar tidur, kamar mandi, dan dapur. 

Khusus Api Sanwich Panel karena materialnya berisi styrofoam, jalur elektrikalnya tidak bisa ditanam di dalam dinding sehingga terekspose di luar dinding. Keuntungannya jadi lebih mudah ketika ingin memindahkan jalur kabel sesuai keinginan. Dinding styrofoam-nya juga kuat untuk ditempeli wastafel selama menggunakan fisher

API Sandwich Panel menggunakan plat baja 0,4 mm sehingga tebal dinding plus styrofoam-nya jadi 5 cm. Dimasukan pada rangka dengan bahan plat baja yang sama. Setiap panelnya memiliki lebar 1 m dengan tinggi maksimal yang bisa dibuat mencapai 12 m. Jadi tiap 1 m akan terlihat garis batasnya. Untuk atapnya memiliki dimensi yang sama hanya saja dibuat bergelombang untuk menahan air, angin, dan untuk menciptakan overlap (susun tumpang tindih). 

Styrofoam itu untuk menahan panas dan suara. Tebal 5 cm API Sandwich Panel itu setara dua lapis bata dari segi menahan suara dan peredam panas,” kata Yoseph. Kekurangan atau kelebihan produk ini akan menahan suhu di dalam ruangan. Artinya, bila di dalam ruangan bersuhu dingin, suhunya tidak bisa keluar. Demikian juga bila panas, panasnya akan tertahan di dalam. Untuk mengeluarkan panasnya harus menggunakan exhaust

Untuk jalur plumbing sudah disediakan lubang-lubangnya tinggal disambungkan ke jalur pembuangan kamar mandi maupun dapur. Sementara untuk peletakan kusen pintu, jendela, dan lainnya, rangka rumah tinggal menyesuaikan ukurannya dengan material tersebut. Kita bisa menggunakan kusen berbahan yang sama atau lainnya seperti alumunium, PVC, atau kayu sekalipun. 

“Bagusnya rumah ini jadi anti rayap. Bobotnya yang ringan membuatnya lebih tahan terhadap gempa selain modulnya menggunakan sistem joint sehingga fleksibel, nggak crack,” kata Allan. Produk rumah prefab PH telah diuji coba di Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puslitbangkim) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Balai Besar Teknologi Kekuatan Beban Struktur Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahan terhadap gempa sampai 7 SR. 

Menurut Yoseph, rumah prefab belum populer karena tampilannya polos, kaku, seperti bangunan pabrik, dan tidak seperti rumah biasa. “Makanya sekarang kami buat juga yang bermotif kayu bahkan coil-nya kami buat bertekstur kayu sehingga lebih natural,” katanya. Intinya, rumah prefab sangat layak sebagai tempat hunian. Sudah memperhitungkan ketahanan terhadap cuaca seperti hujan, panas, angin, sampai petir. “Kalau tertimpa benda berat digantinya bisa per panel,” tambahnya. 

Untuk harganya, API mematok Rp55,5 juta untuk rumah tipe 36 m2 dan PH Rp1,5 juta/m2 terpasang. Harga tersebut hanya sebagai patokan awal karena di lapangan bisa berubah lebih murah atau lebih mahal tergantung pilihan kita. Saat ini permintaan rumah prefab sebagian besar untuk kantor sementara atau mes karyawan di daerah pertambangan atau perkebunan. Baik API dan PH sendiri berkantor di Jakarta. Umumnya rumah prefab tipe 36 dapat dikerjakan kurang dari satu bulan.

Sejarah Prefab House
Tahun 1996, sebanyak 24 persen rumah baru di Amerika adalah rumah prefab yang disebut portable house prefab. Awalnya, seperti juga di Kanada, rumah prefab dikenal sebagai manufactured house yang bertumpu pada struktur baja yang merujuk pada mobile home atau karavan sebagai rumah dinamis. 

Sementara di Eropa dan Jepang rumah prefab ialah rumah dengan modul tertentu dan dibangun layaknya rumah biasa hanya saja sebagian dari komponennya banyak diselesaikan di pabrik. “Beberapa kalangan mengelompokkan lagi ke dalam istilah dwellhouse prefab dan menjadi bagian dari budaya membuat rumah di sana. Setelah perang dunia kedua, dengan banyaknya proyek rehabilitasi permukiman dan pembangunan masal, rumah prefab banyak dipilih karena kecepatan pembangunannya dan murah,” kata Sani.

Kapan masuk Indonesia? Pembukaan lahan untuk eksploitasi minyak ataupun tambang oleh perusahaan asing pada tahun 1960an adalah awal masuknya rumah prefab ke negeri ini dengan istilah portacamp. Waktu itu masih dalam bentuk bangunan kontainer utuh. “Kontainer tersebut diangkut menggunakan helikopter ke lokasi-lokasi pengeboran minyak sebagai kantor maupun rumah tinggal bagi pekerjanya,” jelasnya. 

Kedepannya rumah prefab akan banyak digunakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan yang semakin cepat akan perumahan. Pemerintah sendiri sebetulnya memiliki RISHA (rumah instan sederhana sehat) yang dikembangkan oleh Puslitbangkim PU, hanya saja saat ini memang belum populer karena belum membudaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar