Ilustrasi : Limbah Bulu Ayam |
Jumlah produksi ayam
pedaging di DIY mencapai 1 juta ekor per tahun dan selalu meningkat dari tahun
ke tahun seiring dengan kebutuhan masyarakat akan daging ayam. Dengan jumlah
produksi sebesar itu maka jumlah sampah bulu ayam yang dihasilkan kurang lebih sebanyak
120 ton per tahun. Penanganan sampah bulu ayam sebagian besar dengan cara
dibakar atau ditanam, dan baru sebagian kecil saja yang dimanfaatkan sebagai
campuran pakan ternak atau digunakan untuk produk kerajinan.
Sebenarnya bulu ayam memiliki potensi yang cukup besar untuk
dimanfaatkan untuk keperluan rekayasa, karena bulu ayam mengandung serat yang
memiliki sifat fisik dan mekanik cukup baik. Selain itu, bulu ayam cukup awet,
sebagai contoh sulak atau kemoceng bulu ayam yang ada di rumah kita kondisinya
masih cukup baik setelah digunakan bertahun-tahun. Dengan jumlah yang melimpah
dan mudah didapatkan, serta memiliki sifat-sifat yang cukup baik, sampah bulu
ayam cocok sekali digunakan untuk keperluan rekayasa.
Salah satu alternatif penggunaan
bulu ayam untuk keperluan rekayasa yaitu dengan mencampur bulu ayam dengan
polimer cair (biasanya resin polyester) kemudian dibiarkan mengeras di dalam
cetakan, sehingga terbentuk produk komposit bulu ayam. Apabila bulu ayam dibuat
menjadi material komposit bulu ayam, maka material ini memiliki rasio kekuatan
per berat jenis dari komposit bulu ayam lebih tinggi dibandingkan material
rekayasa lainnya seperti baja, aluminium, plastik, maupun komposit fiberglass.
Gagasan untuk membuat genteng komposit bulu ayam berawal
dari banyaknya bencana gempa bumi, letusan gunung api, dan puting beliung yang
melanda wilayah Indonesia dalam beberapa tahun ini yang mengakibatkan kerusakan
bangunan dan korban jiwa. Bencana-bencana tersebut menyadarkan masyarakat
pentingnya bangunan yang aman dari bencana alam. Beberapa ahli bangunan
memberikan saran untuk bangunan yang berada pada daerah rawan gempa tektonik,
dekat dengan gunung berapi aktif, dan rawan puting beliung,
sebaiknya menggunakan bahan-bahan atap bangunan yang ringan, memiliki
kemiringan yang besar, dan tidak mudah diterbangkan angin.
Pembuatan genting bulu ayam dilakukan oleh tim peneliti dari
Teknik Mesin UII Yogyakarta, yang beranggotakan Muhammad Ridlwan, ST. MT, Dian
Janari, Azmi Nur Ardiansyah, Edy Priyono, Aswan Munang. Cara pembuatan genteng
komposit bulu ayam yaitu bulu ayam dari bagian dada dicuci dengan sabun dan
direndam dalam larutan etanol selama 2 jam dan dikeringkan di bawah sinar
matahari. Langkah berikutnya adalah mencetak genteng komposit bulu ayam yaitu
dengan mencampur bulu ayam dengan cairan resin polyester dan dituang ke dalam
cetakan genteng. Cetakan ditekan pada tekanan 20 bar selama 8-12 jam hingga
mengeras kemudian dikeluarkan dari cetakan.
Genteng komposit bulu ayam ini memenuhi standar teknis yang
diperlukan genteng yaitu memiliki ketahanan terhadap rembesan air, tidak
menyerap air (< 1 %), dan mampu menahan beban hingga 200 kg. Genteng ini
memiliki berat per meter persegi sebesar 5,5 kg/m2, lebih ringan
dibanding genteng tanah liat maupun genteng metal. Keistimewaan dari genteng
ini adalah genteng ini bertekstur yang unik dan natural sesuai dengan jenis
bulu ayam yang digunakan, sehingga memiliki nilai artistik tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar