R
|
etaining
wall merupakan sebuah keharusan untuk pembangunan sebuah gedung bertingkat
tinggi dengan jumlah basement lebih dari dua lapis. Munculnya galian tanah
basement akan membuat perubahan struktur tanah di sekitarnya. Resiko yang
paling
awal adalah runtuhnya tanah di sekitar lokasi galian, sehingga akan ada
pergerakan gedung di sekitarnya. Bahayanya adalah, gedung akan bergeser.
Pergerakan gedung di sekitar lokasi galiian biasanya terlihat dari adanya
retakan tanah di sekitar gedung. Selanjutnya akan diikuti dengan miringnya
gedung tersebut.
Kejadian
seperti ini tentulah tidak dikehendaki. Untuk mengantisipasi faktor tersebut
dan demi kelancaran pekerjaan pembangunan, maka dibuatlah dinding penahan tanah
atau retaining wall. Ada dua jenis dinding penahan tanah, yaitu retaining
wall beruntun dan dinding diafragma.
Retaining Wall Beruntun |
Retaining
wall ini memakai pile yang disusun berdempetan sedemikian rupa untuk
mendapatkan daya tahan tehadap tekanan tanah lateral. Biasa juga disebut
dengan istilah secant pile karena memang pile ini saling
bersinggungan satu sama lainnya. Ada dua jenis pile yang mempunyai
karakteristik yang berbeda. 1) Pile primer yang merupakan
rangka struktur utama dinding penahan tanah terbuat dari beton bertulang
dengan mutu K-225. Bila dimensi pile dirasa kurang aman, diperlukan
support kekuatan berupa pemasangan angkur tanah (ground anchorage). 2) Pile sekunder
terbuat dari campuran semen dan bentonite, tanpa tulangan. Mutu
beton antara K-175 sampai K-225. Pile sekunder harus mudah dipotong
dengan mesin bor.
Dinding Diafragma |
Dinding diafragma adalah sistem pengembangan lebih lanjut dari sistem secant pile. Dinding diafragma atau dinding sekat adalah sebuah membran buatan dengan ketebalan sesuai tebal alat penggali grabber dan kedalaman tertentu. Penggunaan sistem dinding diafragma sangat ekonomis, karena ada banyak faktor menguntungkan bila dibandingkan dengan sistem retaing wall secant pile.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar