B
|
atako Styrofoam merupakan terobosan baru dalam
pemanfaatan limbah Styrofoam. Styrofoam sendiri merupakan salah satu jenis
plastik dari sekian banyak bahan lainnya. Styrofoam lazim digunakan sebagal
bahan pelindung dan penahan getaran barang-barang yang fragile, seperti
elektronik. Namun, saat ini bahan tersebut juga banyak digunakan sebagai bahan
pengemas makanan dan minuman.
Bahan dasar styrofoam adalah polistiren, suatu jenis
plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya, dan murah. Namun, bahan
tersebut cepat rapuh. Karena kelemahannya tersebut, polistiren dicampur seng
dan senyawa butadien.
Hal ini menyebabkan polistiren kehilangan sifat
jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu. Kemudian untuk kelenturannya,
ditambahkan zatplasticier seperti dioktilptalat (DOP), butil hidroksi toluena,
atau n butyl stearat.
Pemakaian styrofoam sebagai wadah makanan menimbulkan
kekhawatiran dan protes dari berbagai pihak. Berdasarkan berbagai penelitian
yang dilakukan sejak tahun 1930-an, diketahui bahwa stiren, bahan
dasarstyrofoam, bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial
karsinogen (merangsang sel kanker). Demikian pula butadien sebagai bahan
penguat maupun DOP atau BHT sebagai plasticiser-nya.
Dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sampah/limbah
Styrofoam seorang warga bernama Marzuki menemukan cara untuk memanfaatkan
limbah Styrofoam dengan cara dibuat sebagai campuran bahan batako. Pembuatan
batako dari styrofoam sangat sederhana sehingga tidak perlu keahlian khusus.
“Yang penting takaran bahan bakunya tepat,” kata Marzuki.
Bahan baku styrofoam memang mendapat porsi lebih
banyak dibandingkan dengan bahan baku lainnya. Komposisinya 50% styrofoam, 40%
pasir, dan 10% semen. Marzuki mengatakan, penggunaan styrofoam bisa menghemat
50% kebutuhan pasir ketimbang penggunaan batu bata. Bahan baku styrofoam juga
lebih unggul dibandingkan dengan semen karena dalam styrofoam terkandung banyak
serat. Ini membuat fondasi bangunan yang menggunakan styrofoam lebih kuat.
Ada empat tahap pembuatan batako styrofoam:
- Pertama, styrofoam yang berbentuk lembaran digiling sampai hancur menjadi butiran-butiran kecil
- Kedua, butiran styrofoam dicampur dengan pasir dan semen. Untuk komposisinya sebanyak 80% dari styrofoam lalu dicampur 20% dari pasir dan semen
- Ketiga, adalah proses pencetakan dari adonan bahan baku dengan menggunakan mesin pencetakan
- Keempat, penjemuran batako styrofoam yang memerlukan waktu setengah hari. Lamanya waktu penjemuran juga bergantung pada jumlah semen yang digunakan.
Batako styrofoam memiliki ciri fisik hampir sama
dengan ukuran bata merah. Namun, batako dari hasil limbahan styrofoam ini
memiliki keunggulan dibanding dengan bata merah. Selain lebih mudah dalam
pemasangan, batako styrofoam juga mampu meredam suara sehingga sangat cocok
digunakan pada bangunan untuk studio band. “Ini karena kandungan serat pada
styrofoam sebagai bahan baku batako cukup tinggi,”.
Sifat styrofoam yang mengikat akan membuat batako
kuat. “Cocok untuk daerah rawan gempa dan bangunan yang tinggi,”. Beratnya yang
ringan menjadikan pemasangan batako ini juga lebih cepat. Meski batako
styrofoam belum terlalu banyak yang tau, tapi dengan berjalannya waktu maka masyarakat
akan makin banyak yang memesan batako styrofoam. Apalagi sekarang ini, tren
penghijauan tengah mewabah dan banyak orang yang membangun konstruksi rumah
dengan konsep ramah lingkungan. Belum lagi kelebihannya sebagai bahan bangunan
konstruksi yang tahan gempa. (YS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar