Keramik komposit beton atau keraton, sebenarnya merupakan pelat rusuk.
Bentuk dan bahan pembuat keraton menyerupai balok bata, tetapi bagian tengahnya
berlubang-lubang. Lubang ini bukanlah sembarang lubang, melainkan konstruksi
yang sudah dihitung dengan tepat, sehingga membuat bahan ini kuat digunakan sebagai
pelat lantai. Keraton yang baik adalah campuran tanah liat yang dipanasi sampai
diatas 1000 derajat celcius.
Rongga-rongga
dan lubang pada beton keraton secara struktural akan mengurangi beban pelat
lantai jika dibandingkan dengan pelat beton masif. Untuk pemasangan pelat
secara satu arah / one way slab, teknik ini bisa menghemat pemakaian besi beton
hingga 70% sehingga sistem ini dirasa sangat effisien, praktis dan ekonomis.
Konstruksi
keraton ini dapat mengehemat biaya + 30% dibandingkan biaya konstruksi pelat
beton biasa. Menambah kecepatan pembangunan gedung (2x lebih cepat setiap
lantai) dan mengecilkan volume bahan sebesar + 10%-15% pada struktur penunjang
(kolom, balok dan pondasi) sehingga, teknologi pelat rusuk ini khususnya akan
sangat potensial bila digunakan untuk membuat bangunan sampai 5 tingkat.
Dalam
pemasangannya tidak membutuhkan perancah kayu sehingga ramah lingkungan dengan
penggunaan kayu yang sangat sedikit. Pada saat pemasangan tidak menggangu
lantai bawahnya, karena tidak memerlukan penyangga perancah seperti pada
pembuatan plat lantai beton biasa.Lebih cepat, sehingga dapat membuat plat/dak
beton tanpa harus membongkar atap rumah keseluruhan terlebih dahulu. Tidak
hanya itu, bila rumah/gedung yang dibangun dari awal dengan menggunakan
bekisting yang minim, pekerjaan finishing di lantai bawah dapat segera
diselesaikan tanpa harus menunggu selesainya pembuatan plat/dak beton di
atasnya.
Kekuatan material ini
sudah diuji laboratorium yang mendapat hasil bawah keraton akan melendut pada
beban diatas 500 kg/m. Hasil ini sesuai dengan loading Test-II No
LB/BPPU/001-12/IX/9906.09.99.
Ringan (sekitar 180 -225 kg/m2) dibandingkan dengan beton (sekitar 240 kg/m2)., ini karena keraton memiliki rongga didalamnya dan material pembentuknya adalah tanah liat. Walaupun bobotnya ringan, hal ini tidak berpengaruh pada kualitasnya yang sejajar dengan kualitas beton K 175 yang mempunyai tegangan ijin maksimum sebesar 55 kg/cm.
Ringan (sekitar 180 -225 kg/m2) dibandingkan dengan beton (sekitar 240 kg/m2)., ini karena keraton memiliki rongga didalamnya dan material pembentuknya adalah tanah liat. Walaupun bobotnya ringan, hal ini tidak berpengaruh pada kualitasnya yang sejajar dengan kualitas beton K 175 yang mempunyai tegangan ijin maksimum sebesar 55 kg/cm.
Bobot
yang ringan membuat dak keraton
aman sebagai struktur tahan gempa, bila ada gempa yang menghancurkan bangunan
maka reruntuhannya tidak dalam bentuk lempengan besar dan berat., Selain itu
adanya rongga pada keraton akan memudahkan penghuni rumah untuk menangkap sinyal
bila plat dak akan runtuh. Hal ini bisa di ibaratkan dengan sepotong bambu yang
di gunakan sebagai perancah bila di injak dan akan patah maka bambu akan
mengeluarkan peringatan suara/sinyal “ krek “ bahwa ia akan patah, berbeda
dengan perancah kayu yang langsung patah tanpa suara/sinyal peringatan, karena
kayu tidak memiliki rongga seperti bambu.
Teknologi
terobosan tepat guna ini seyogyannya cepat diserap oleh masyarakat yang selama
ini hanya mengenal teknologi pembuatan pelat lantai secara konvensionil yang
mempunyai tahapan tahapan yang memakan waktu dan boros bahan bangunan.
Sumber : Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar