Kamis, 15 Mei 2014

Keraton Alternatif Untuk Dak Rumah Bertingkat


Keramik komposit beton atau keraton, sebenarnya merupakan pelat rusuk. Bentuk dan bahan pembuat keraton menyerupai balok bata, tetapi bagian tengahnya berlubang-lubang. Lubang ini bukanlah sembarang lubang, melainkan konstruksi yang sudah dihitung dengan tepat, sehingga membuat bahan ini kuat digunakan sebagai pelat lantai. Keraton yang baik adalah campuran tanah liat yang dipanasi sampai diatas 1000 derajat celcius.

 Rongga-rongga dan lubang pada beton keraton secara struktural akan mengurangi beban pelat lantai jika dibandingkan dengan pelat beton masif. Untuk pemasangan pelat secara satu arah / one way slab, teknik ini bisa menghemat pemakaian besi beton hingga 70% sehingga sistem ini dirasa sangat effisien, praktis dan ekonomis.
Konstruksi keraton ini dapat mengehemat biaya + 30% dibandingkan biaya konstruksi pelat beton biasa. Menambah kecepatan pembangunan gedung (2x lebih cepat setiap lantai) dan mengecilkan volume bahan sebesar + 10%-15% pada struktur penunjang (kolom, balok dan pondasi) sehingga, teknologi pelat rusuk ini khususnya akan sangat potensial bila digunakan untuk membuat bangunan sampai 5 tingkat.
 Dalam pemasangannya tidak membutuhkan perancah kayu sehingga ramah lingkungan dengan penggunaan kayu yang sangat sedikit. Pada saat pemasangan tidak menggangu lantai bawahnya, karena tidak memerlukan penyangga perancah seperti pada pembuatan plat lantai beton biasa.Lebih cepat, sehingga dapat membuat plat/dak beton tanpa harus membongkar atap rumah keseluruhan terlebih dahulu. Tidak hanya itu, bila rumah/gedung yang dibangun dari awal dengan menggunakan bekisting yang minim, pekerjaan finishing di lantai bawah dapat segera diselesaikan tanpa harus menunggu selesainya pembuatan plat/dak beton di atasnya.

Kekuatan material ini sudah diuji laboratorium yang mendapat hasil bawah keraton akan melendut pada beban diatas 500 kg/m. Hasil ini sesuai dengan loading Test-II No LB/BPPU/001-12/IX/9906.09.99.
Ringan (sekitar 180 -225 kg/m2) dibandingkan dengan beton (sekitar 240 kg/m2)., ini karena keraton memiliki rongga didalamnya dan material pembentuknya adalah tanah liat. Walaupun bobotnya ringan, hal ini tidak berpengaruh pada kualitasnya yang sejajar dengan kualitas beton K 175 yang mempunyai tegangan ijin maksimum sebesar 55 kg/cm.
Bobot yang ringan membuat dak keraton aman sebagai struktur tahan gempa, bila ada gempa yang menghancurkan bangunan maka reruntuhannya tidak dalam bentuk lempengan besar dan berat., Selain itu adanya rongga pada keraton akan memudahkan penghuni rumah untuk menangkap sinyal bila plat dak akan runtuh. Hal ini bisa di ibaratkan dengan sepotong bambu yang di gunakan sebagai perancah bila di injak dan akan patah maka bambu akan mengeluarkan peringatan suara/sinyal “ krek “ bahwa ia akan patah, berbeda dengan perancah kayu yang langsung patah tanpa suara/sinyal peringatan, karena kayu tidak memiliki rongga seperti bambu.
Teknologi terobosan tepat guna ini seyogyannya cepat diserap oleh masyarakat yang selama ini hanya mengenal teknologi pembuatan pelat lantai secara konvensionil yang mempunyai tahapan tahapan yang memakan waktu dan boros bahan bangunan.

Sumber : Berbagai Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar