Penggunaan material bahan bangunan
yang tepat dan efisien berperan besar dalam menghasilkan bangunan bersahabat
dengan lingkungan.
I
|
su seputar pemanasan global dewasa ini telah mendorong
lahirnya arsitektur bangunan dan material yang berbasis “hijau”. Konsep hijau
disini tak hanya sekedar memerhatikan komposisi luas lahan untuk penghijauan
saja, tapi juga turut memerhatikan material yang digunakan pada sebuah hunian.
Penggunaan material bahan bangunan yang tepat dan
efisien berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas dan bersahabat
dengan lingkungan. Tapi tahukah anda, kriteria apa saja yang dibutuhkan agar
material dikatakan ramah lingkungan?
Nah, berikut ini adalah beberapa kriteria menurut
pendapat dari sejumlah desainer interior:
1. Bahan material mudah terurai secara alami dan dapat
diperbaharui dalam jangka waktu yang pendek.
2. Tidak mengandung bahan kimia beracun yang berbahaya
bagi kesehatan dan lingkungan sekitar.
3. Dekat dengan alam. Artinya material terkesan alami,
seperti bata, tanah, kayu, dan lainnya.
Dalam hal ini, material bahan alami memang banyak
digemari. Kayu misalnya, selain tampilan desainnya yang menawan, material ini
juga mampu menyerap hawa panas. Tapi sayangnya, jenis material ini terbukti
sulit diperbaharui, sehingga perlu menghemat dalam pemakaiannya. Sebagai
alternatif, bisa juga menggunakan batu bata yang ampuh menyerap hawa panas di
dalam rumah.
Mengatasi makin terbatasnya material berbahan alami,
saat ini beberapa produsen telah melakukan inovasi terhadap material bahan
bangunan dengan meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan.
Lalu mengganti pemakaian material yang sulit
terbarukan dengan material yang lebih ramah lingkungan. Maka tak heran jika
kini dipasaran banyak ditemui material bahan bangunan yang sudah mendekat ke
konsep “hijau”.
Berikutnya, Semen Akan Tergantikan
Sekitar tahun 1970, Ilmuan asal Australia, Joseph
Davis menemukan material serupa semen pada struktur mineral di Piramid.
Temuannya itu diberi nama Geopolimer. Nama itu diberikan karena materialnya
merupakan campuran dari bahan-bahan alam non organik yang dibuat lewat proses
polimerisasi. Didalamnya, terdapat kandungan unsur silikon dan alumunium.
Material ini mirip semen, tapi lebih ramah lingkungan.
Berdasarkan penelitian oleh sejumlah ahli di Australia, proses pembuatan
geopolimer tidak memerlukan energi yang besar sebagaimana pembuatan semen pada
umumnya.
Pembuatan geopolimer mampu mengurangi emisi gas rumah
kaca, karena hanya membutuhkan sekitar 60 derajat celcius untuk menghasilkan
beton yang berkualitas. Selain itu, material ini juga bisa dibuat dari abu
layang batubara, sehingga tidak menghasilkan gas kabon dioksida yang
menyebabkan efek rumah kaca.
Sebagai elemen material bangunan, geopolimer memiliki
beberapa keunggulan dibanding produk semen lainnya, yakni kekuatan dan daya
tahannya yang tinggi. Maka tak heran jika kedepannya, semen yang
notabenenya merusak lingkungan akan mulai berganti dengan pemakaian material
polimer yang hemat energi dan ramah lingkungan.
(Astri Diana/IdeaOnline.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar