Konstruksi bendung tradisonal dapat kita temui di berbagai daerah Indonesia
dengan berbagai macam tipe bendung, Selain jembatan bambu, kayu, dan rotan yang
masuk dalam kategori tradisional, di beberapa daerah di Indonesia juga terdapat
bendung tradisional. Jembatan tradisional yaitu jembatan yang dibuat secara
swadaya oleh masyarakat dengan material alam seperti bambu, kayu, dan rotan.
Sementara bendung tradisional adalah bendung dengan konstruksi dan cara
pemasangan yang sederhana. Bendung ini menggunakan material yang terdapat di
alam seperti bambu, kayu, batuan sungai, jerami dll. Di Indonesia, bendung
tradisional biasanya digunakan untuk skala kecil. Masyarakat membuat
bendung tradisional dengan konstruksi sederhana. Seperti bambu, cerucuk, dan
kayu.
Dilihat dari aspek ekologi, bendung tradisional memiliki pengaruh yang besar
dalam menjaga keseimbangan ekosistem serta keberlanjutan lingkungan yang
tinggi. Ruang diantara batuan pembentuk bendung, memungkinkan ikan dan fauna
lainnya bermigrasi ke hulu, dengan demikian. Adanya ruang dalam tubuh bendung
tradisional ini juga menurunkan angka sedimentasi di hulu bendung, karena
aliran sedimen akan masuk pada celah-celah dan ruang diantara batu-batuan
tersebut. Efektifitas penyadapan air untuk irigasi relatif bagus bila
konstruksi bendung stabil untuk jangka waktu yang lama, seperti bendung semi
permanen yang memakai konstruksi bronjong atau cerucuk kayu. Sementara bendung
sederhana, penyadapan airnya bisa lebih efektif bila lokasi bendung berada pada
daerah dengan hitungan hidrograf banjir yang tidak terlalu ekstrem
fluktuasinya.
Salah satu contoh bentuk bendung tradisional adalah bendung ”peucang ramay”
yang tersusun dari bahan bambu, jerami, dan batuan. Bendung ini ada di
masyarkat Jawa Barat bagian selatan yaitu garut.
Bendung tradisional yang dibuat olah masyarakat seperti contoh di atas
adalah bagian kearifan tradisional yang ternyata lebih ramah lingkungan.
Masyarakat bisa mengambil manfaat dari rekayasa sungai tanpa harus mengakibatkan
dampak negatif bagi lingkungan. Ikan-ikan masih bisa hidup dengan terus
berkembang ke hulu, dan masyarakat bisa mengairi sawah dari sungai tersebut.
Untuk sungai dengan debit air besar dan lalu lintas air padat dapat menggunan
bendungan yang terbuat dari konstruksi beton bertulang