K
|
"Dipilihnya teknologi apung untuk jembatan ini dikarenakan setelah dilakukan pengamatan, lokasi di mana jembatan ini akan dipasang tidak dimungkinkan untuk membangun jembatan dengan teknologi pancang," kata Kepala Balitbang PUPR, Arie Setiadi Moerwanto, dalam keterangan tertulis, Kamis (5/5).
Ditambahkannya, kalaupun ingin dibangun dengan pancang, pembangunan jembatan ini akan membutuhkan dana yang sangat besar. Hasil pengamatan tim Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) menemukan bahwa sedimen yang di lokasi tempat akan dibangun jembatan memiliki kedalaman hingga 20 meter.
Kondisi ini membuat tim memutuskan bahwa teknologi apunglah yang cocok untuk diaplikasikaan dalam pembangunan jembatan di kampung nelayan ini. Selain biaya produksinya lebih murah, keunggulan dari jembatan hasil teknologi Balitbang PUPR ini mudah dibongkar-pasang atau dipindah-pindah.
Pembangunan jembatan ini awalnya adalah usulan dari Mantan Menko Kemaritiman Dwisuryo Indroyono pada 2015. Kemudian pada awal 2016 ini Pusjatan memulai perancangan jembatan dan langsung melakukan trial assembly jembatan apung pada bulan Januari hingga April 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar