Bangunan apung di Tambak Lorok |
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR) mempersiapkan teknologi untuk menghadapi perubahan iklim demi mendukung sektor kemaritiman dan kelautan.
Untuk pembangunan pelabuhan misalnya, biayanya cukup mahal karena harus memancang tiang sampai dasar laut.
"Untuk memecahkan gelombang, kalau pakai teknologi biasa, nimbun-nya besar sekali," ujar Kepala Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR), Arie Setiadi Moerwanto, Jumat (26/8/2016).
Karena itu, inovasi Balitbang sangat dibutuhkan, terutama terkait inovasi wahana apung. Salah satu fitur wahana apung yang dapat diandalkan adalah meredam energi sehingga gelombang lebih tenang. Selain bangunan, wahana apung ini juga bisa dipakai untuk jembatan.
Rencananya, teknologi ini akan diterapkan di Cilacap untuk menghubungkan pulau-pulau di sekitarnya.
Adapun untuk bangunan, prototipe teknologi ini akan diterapkan di Tambak Lorok, Semarang, sebagai fungsi publik.
Bangunan ini memiliki dua lantai. Lantai bawah dapat dimanfaatkan sebagai balai pertemuan dan lantai atas sebagai perpustakaan atau rumah baca.
Konsep prototipe ini mengusung bangunan yang ramah lingkungan, mandiri dalam kebutuhan energi, dan tidak mencemari lingkungan.
Dasar bangunan menggunakan panel foam dan beton (B-foam). Sedangkan konstruksi bangunan menggunakan material baja dan bambu.
Kebutuhan listriknya menggunakan panel surya. Adapun untuk kebutuhan air bersih, bangunan ini menggunakan distilasi air laut.
Fitur lainnya adalah biofill atau biority yang digunakan untuk pengolahan air limbah kamar mandi atau WC.
Untuk pembangunan pelabuhan misalnya, biayanya cukup mahal karena harus memancang tiang sampai dasar laut.
"Untuk memecahkan gelombang, kalau pakai teknologi biasa, nimbun-nya besar sekali," ujar Kepala Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR), Arie Setiadi Moerwanto, Jumat (26/8/2016).
Karena itu, inovasi Balitbang sangat dibutuhkan, terutama terkait inovasi wahana apung. Salah satu fitur wahana apung yang dapat diandalkan adalah meredam energi sehingga gelombang lebih tenang. Selain bangunan, wahana apung ini juga bisa dipakai untuk jembatan.
Rencananya, teknologi ini akan diterapkan di Cilacap untuk menghubungkan pulau-pulau di sekitarnya.
Adapun untuk bangunan, prototipe teknologi ini akan diterapkan di Tambak Lorok, Semarang, sebagai fungsi publik.
Bangunan ini memiliki dua lantai. Lantai bawah dapat dimanfaatkan sebagai balai pertemuan dan lantai atas sebagai perpustakaan atau rumah baca.
Konsep prototipe ini mengusung bangunan yang ramah lingkungan, mandiri dalam kebutuhan energi, dan tidak mencemari lingkungan.
Dasar bangunan menggunakan panel foam dan beton (B-foam). Sedangkan konstruksi bangunan menggunakan material baja dan bambu.
Kebutuhan listriknya menggunakan panel surya. Adapun untuk kebutuhan air bersih, bangunan ini menggunakan distilasi air laut.
Fitur lainnya adalah biofill atau biority yang digunakan untuk pengolahan air limbah kamar mandi atau WC.