KOMPAS.com — Pesatnya pertumbuhan sektor properti dunia
dan berbagai industri yang mendukungnya seolah seperti pisau bermata
dua. Di satu sisi, pertumbuhan sektor tersebut mampu memperbaiki kondisi
ekonomi dan menjamin kesejahteraan pekerja yang terlibat di dalamnya.
Di
sisi lain, proses manufaktur bahan-bahan yang diperlukan dalam
pembangunan juga mampu meningkatkan polusi dan merusak lingkungan. Maka
dari itu, alangkah baiknya jika industri properti tidak hanya mampu
menyejahterakan pelaku industri, memberikan keuntungan bagi masyarakat
dunia, tetapi juga tidak merusak lingkungan.
Sebuah perusahaan rintisan asal Amerika Serikat, bioMASON Inc, sejak 2012 lalu mengembangkan proses yang mampu merevolusi industri konstruksi dan bangunan. Seperti dikutip di situs resminya, Biomason.com, perusahaan tersebut menggunakan mikroorganisme alami dan proses kimiawi untuk membuat batu bata berbahan dasar semen "hidup" sebagai material bangunan. Karena temuannya ini, bioMASON Inc, yang berada di bawah asuhan pendana perusahaan, pengajar bidang arsitektur di NCSU, dan asisten profesor di American University di UAE Ginger Krieg Dosier, sudah menerima beberapa penghargaan.
"Produksi semen dunia pada 2008 berjumlah 2,8 juta ton, setara dengan kuantitas pelepasan CO2 ke atmosfer," ujar bioMASON sepert dikutip Archdaily.com.
Sebuah perusahaan rintisan asal Amerika Serikat, bioMASON Inc, sejak 2012 lalu mengembangkan proses yang mampu merevolusi industri konstruksi dan bangunan. Seperti dikutip di situs resminya, Biomason.com, perusahaan tersebut menggunakan mikroorganisme alami dan proses kimiawi untuk membuat batu bata berbahan dasar semen "hidup" sebagai material bangunan. Karena temuannya ini, bioMASON Inc, yang berada di bawah asuhan pendana perusahaan, pengajar bidang arsitektur di NCSU, dan asisten profesor di American University di UAE Ginger Krieg Dosier, sudah menerima beberapa penghargaan.
"Produksi semen dunia pada 2008 berjumlah 2,8 juta ton, setara dengan kuantitas pelepasan CO2 ke atmosfer," ujar bioMASON sepert dikutip Archdaily.com.
Rangkaian proses, mulai dari mengekstrak bahan mentah,
transportasi, dan sumber bahan bakar untuk memanaskan tungku mengkontribusikan
begitu banyak emisi CO2 ke atmosfer.
|
Rangkaian
proses, mulai dari mengekstrak bahan mentah, transportasi, dan sumber
bahan bakar untuk memanaskan tungku mengontribusikan begitu banyak emisi
CO2 ke atmosfer.
"Sebanyak 40 persen dari emisi karbon dioksida (Co2) dunia terhubung dengan industri pembangunan," imbuh pernyataan perusahaan tersebut.
Lantas, untuk menjawab permasalahan ini, perusahaan rintisan tersebut membuat salah satu material penting dalam pembangunan dari bahan yang jauh lebih ramah lingkungan. Mereka membuat batu bata ramah lingkungan. Menurut penjelasan dari perusahaan tersebut, mereka menggunakan bakteri, nitrogen, dan kalsium untuk membentuk semen alami dalam temperatur ruangan.
"Bakteri, yang menyediakan lingkungan tepat untuk memberikan bentuk dalam kombinasinya dengan unsur hara, nitrogen, dan sumber kalsium memungkinkan proses pembentukan semen alami dalam temperatur lingkungan, dalam waktur kurang dari lima hari untuk menghasilkan material pre-cast," ujar perusahaan tersebut.
Selain ramah lingkungan, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat batu bata ini pun tersedia dalam jumlah melimpah di seluruh dunia, bahkan bisa pula dibuat dari bahan-bahan sisa dan sampah. Air yang digunakan dalam proses pembuatan batu bata ini pun bisa digunakan dari air hasil daur ulang. Bahkan, penelitian terakhir menyatakan bahwa air laut juga bisa digunakan.
"Sebanyak 40 persen dari emisi karbon dioksida (Co2) dunia terhubung dengan industri pembangunan," imbuh pernyataan perusahaan tersebut.
Lantas, untuk menjawab permasalahan ini, perusahaan rintisan tersebut membuat salah satu material penting dalam pembangunan dari bahan yang jauh lebih ramah lingkungan. Mereka membuat batu bata ramah lingkungan. Menurut penjelasan dari perusahaan tersebut, mereka menggunakan bakteri, nitrogen, dan kalsium untuk membentuk semen alami dalam temperatur ruangan.
"Bakteri, yang menyediakan lingkungan tepat untuk memberikan bentuk dalam kombinasinya dengan unsur hara, nitrogen, dan sumber kalsium memungkinkan proses pembentukan semen alami dalam temperatur lingkungan, dalam waktur kurang dari lima hari untuk menghasilkan material pre-cast," ujar perusahaan tersebut.
Selain ramah lingkungan, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
membuat batu bata ini pun tersedia dalam jumlah melimpah di seluruh dunia.
Bahkan, bisa pula dibuat dari bahan-bahan sisa dan sampah.
|
Selain ramah lingkungan, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat batu bata ini pun tersedia dalam jumlah melimpah di seluruh dunia, bahkan bisa pula dibuat dari bahan-bahan sisa dan sampah. Air yang digunakan dalam proses pembuatan batu bata ini pun bisa digunakan dari air hasil daur ulang. Bahkan, penelitian terakhir menyatakan bahwa air laut juga bisa digunakan.
Sumber : http://properti.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar